Menu

Mode Gelap
CBA: Penolakan SPBU Swasta Beli BBM Pertamina, Simon Aloysius Mantiri Permalukan Bahlil Lahadalia Wujud Peduli, Ketua DPRD Kota Serang Hadiri Penyerahan Santunan Ahli Waris Pegawai Burhanudin ST Lantik Jaksa Agung Muda Pembinaan dan 4 Staf Ahli Launching Buku Kohati HMI Cabang Bogor Perempuan Berdaya Membangun Generasi Digdaya Tegaskan Loyalitas Ketum Mardiono, DPW PPP Papua Barat Daya Puji Menkumham Kiai Maman Imanulhaq Dorong Pemerintah Hadir dalam Pembangunan Ponpes

Megapolitan

PIPAS Lampung Pasarkan Produk Karya Warga Binaan, Ini Hasilnya


Keterangan foto : Paguyuban Ibu-ibu Pemasyarakatan (PIPAS) Lampung Pasarkan Produk Karya Warga Binaan, (Senin, 14/10/2024) Perbesar

Keterangan foto : Paguyuban Ibu-ibu Pemasyarakatan (PIPAS) Lampung Pasarkan Produk Karya Warga Binaan, (Senin, 14/10/2024)

TeropongIstana.com, Lampung – Paguyuban Ibu-ibu Pemasyarakatan (Pipas) Daerah Lampung membantu memasarkan produk hasil karya warga binaan Lapas Kelas IIA Bandar Lampung berupa kreasi dari kain tapis. Kain tapis adalah kerajinan tradisional Lampung yang berbentuk sarung dengan sulaman dari benang katun dan benang emas.

Ketua Pipas Lampung, Noer Adhe Kusnali, menjelaskan bahwa awalnya warga binaan membuat kain tapis menjadi selendang, tas, hingga wadah tisu.

“Muncul ide untuk membuat sepatu dari kain tapis. Kebetulan saya berasal dari Bandung, jadi saya mengajak UMKM lokal Bandung untuk bekerja sama,” Kata Adhe lewat rillis yang diterima redaksi, Senin (14/10/2024).

Adhe menyebutkan UMKM Bandung ini sering menggabungkan sepatu dengan kain-kain khas daerah, sehingga nilai ekonomi kain tapis meningkat. Menurutnya, warga binaan memiliki semangat untuk mandiri agar setelah keluar dari lapas, mereka memiliki keterampilan kerja yang bisa digunakan.

Saat ini, kata Adhe ada 10 varian sepatu Tapis dengan harga berkisar Rp400.000 hingga Rp1.500.000. Pemasaran masih terbatas karena produksi belum besar-besaran.

“Sepatu ini dipasarkan melalui mulut ke mulut, grup WhatsApp, dan media sosial internal Pipas (@pipas.lampung) serta Kanwil Kemenkumham Lampung,” kata Adhe.

Adhe menambahkan, meski belum dipasarkan secara luas, jumlah pesanan yang masuk cukup banyak saat sistem pre-order dibuka. Sejak Juni 2024, sudah ada tiga gelombang pemesanan, dengan rata-rata 30-40 pesanan per gelombang. Adhe mengakui bahwa pesanan sering terlambat dipenuhi karena keterbatasan sumber daya manusia dan alat.

“Sekali membuka pemesanan, warga binaan memproduksi 7-10 meter kain tapis sebagai bahan dasar sepatu. Satu meter kain bisa selesai dalam waktu kurang dari sepekan.Kami kekurangan tenaga dan alat untuk membuat kain,” tutupnya.

Baca Lainnya

CBA Sebut Dana Nasabah di BNI Tak Lagi Aman, Masyarakat Harus Waspada

29 September 2025 - 10:39 WIB

Cba Sebut Dana Nasabah Di Bni Tak Lagi Aman, Masyarakat Harus Waspada

Menguji Ketahanan Demokrasi di Tengah Belitan Populisme, Oligarki, dan Ketidakpastian Ekonomi Politik

25 September 2025 - 11:36 WIB

Menguji Ketahanan Demokrasi Di Tengah Belitan Populisme, Oligarki, Dan Ketidakpastian Ekonomi Politik

Terus Bergerak, LMND dan Petani Lampung Desak Istana Hentikan Impor Tapioka

25 September 2025 - 09:50 WIB

Terus Bergerak, Lmnd Dan Petani Lampung Desak Istana Hentikan Impor Tapioka
Trending di Megapolitan