Poros Demokrasi Sorong – Menteri Agama Nasaruddin Umar mendorong Papua Barat Daya untuk tampil sebagai role model kerukunan umat beragama di Indonesia. Hal ini disampaikannya saat melepas kegiatan Jalan Sehat Kerukunan Lintas Agama di Kota Sorong, Sabtu (12/12/2025). Jalan sehat ini diikuti ribuan warga dari berbagai latar belakang agama dan suku.
Menag mengapresiasi praktik kerukunan yang saat ini terjadi di Papua Barat Daya. “Ke depan, Papua Barat Daya diharapkan menjadi role model. Jika ingin belajar tentang toleransi, kedamaian, dan keharmonisan, datanglah ke Papua Barat Daya,” ujarnya.
Kegiatan jalan sehat tersebut dilepas bersama Gubernur Papua Barat Daya Elisa Kambu. Rute dimulai dari Gereja Immanuel Kota Sorong dan berakhir di Masjid Raya Kota Sorong. Rute ini menjadi simbol kuat harmoni dan kebersamaan lintas iman di Papua Barat Daya.
Menag hadir didampingi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kementerian Agama Jeane Marie Tulung. Turut hadir unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Direktur Urusan Agama Kristen Luksen Jems Mayor, Plt. Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya Barnabas Dowansiba, tokoh lintas agama, tokoh masyarakat, serta ribuan warga dari berbagai latar belakang.
Menag menjelaskan, kehadirannya langsung di Papua Barat Daya dilandasi kedekatan emosional sekaligus tanggung jawab kebangsaan dalam merawat kerukunan umat beragama.
“Saya merasa berkewajiban datang ke Papua Barat Daya karena saya merasa seperti pulang kampung. Banyak keluarga saya tinggal di Sorong. Saya orang Makassar, dan banyak saudara-saudara kita dari Papua yang sekolah di Makassar. Kami merasa Papua adalah bagian dari diri kami sendiri,” ujar Menag.
Menurutnya, tanah Papua memiliki posisi strategis dalam perjalanan kebangsaan Indonesia sehingga memerlukan perhatian dan kepedulian bersama. “Karena itu, saya merasa berkewajiban memberi perhatian khusus kepada warga masyarakat Papua sebagai bagian yang utuh dan tidak terpisahkan dari Indonesia,” tegasnya.
Menag mengajak masyarakat untuk memandang perbedaan sebagai anugerah yang patut disyukuri, bukan diratapi.
“Hari ini kita merayakan perbedaan. Jangan meratapi perbedaan, tetapi mensyukurinya. Tidak indah sebuah lukisan jika hanya berwarna putih, sekalipun bingkainya emas. Justru keindahannya lahir dari warna-warni,” tutur Menag.
Ia menegaskan bahwa keberagaman umat beragama merupakan karya Tuhan yang harus dijaga bersama.
“Kita semua di sini adalah lukisan Tuhan yang sangat indah. Lukisan itu tidak boleh diacak-acak dan tidak boleh dirusak,” lanjutnya.
Dalam kesempatan tersebut, Menag juga menyinggung salah satu program Kementerian Agama sejak awal masa jabatannya, yakni gerakan penanaman satu juta pohon matoa.
“Kami menanam satu juta pohon matoa, tanaman khas Papua, di berbagai daerah di Indonesia. Ini adalah simbol kecintaan kita kepada Papua sekaligus komitmen kita menjaga Indonesia,” kata Menag.
Menutup sambutannya, Menag menegaskan bahwa Jalan Sehat Kerukunan Lintas Agama merupakan pesan kuat persatuan yang ditujukan kepada dunia.
“Gerak jalan lintas agama ini kita perlihatkan kepada langit dan bumi, bahwa meskipun kita berbeda, kita tetap bisa kompak dan bersatu,” pungkasnya.
Kegiatan Jalan Sehat Kerukunan yang mengusung tema “Merawat Semesta dengan Cinta – Love in God, Harmony Together” ini diakhiri dengan penandatanganan prasasti oleh Menteri Agama bersama tokoh lintas agama, serta penyerahan simbolis pohon matoa sebagai wujud komitmen memperkuat moderasi beragama dan menjaga persatuan bangsa, khususnya di Papua Barat Daya.















