TeropongIstana.com, Banten | Saya sering melihat seorang Ayah bersama dua anaknya berkunjung ke perpustakaan. Saya taksir, lelaki itu berusia lebih dari 35 tahun. Kerutan lurus pada pipinya menandakan ia seorang pekerja keras. Seminggu sekali, Ayah bercelana pendek itu tak pernah absen mengunjungi perpustakaan. Ia biasa duduk lesehan bersama ke-dua anaknya, membawa laptop dan tablet. Sesekali, pria itu menyuruh dua anaknya mengambil buku-buku di rak. Lalu, menyuruh putra-putrinya membaca buku. Kakak-beradik itu, tampak senang menyeka kata-kata dalam buku yang mereka pegang. Dua anak ganteng dan cantik itu tak pernah ragu bertanya pada Ayahnya tentang buku yang mereka baca. Ayahnya pun lantas menjawab seliweran pertanyaan anak-anaknya. Bila bosan, mereka main tablet. Pria itu tampak tenang mendampingi sepenuh hati, sembari menunggu pertanyaan apalagi yang akan diutarakan oleh dua anaknya.
Saya sempat berfikir, apakah ia tak bekerja? Apakah si bapak itu setiap hari mengurus anak-anaknya? Kemana istrinya? Ah, lagian, dia hanya seminggu sekali berkunjung ke perpustakaan. Pasti dia sedang off kerja, lalu menghabiskan waktu istirahatnya untuk rekreasi di perpustakaan bersama putra dan putrinya. Pasti istrinya sedang membereskan rumah, membersihkan pakaian, memasak sayur sop, tempe goreng dan sambal terasi kesukaan suami dan anak-anaknya.
Melihat sosok Ayah mendampingi dua anaknya di perpustakaan, saya teringat kisah Nabi Ismail as beserta Ayahnya, Nabi Ibrahim as. Dalam mimpi Nabi Ibrahim as benar adanya perintah menyembelih anaknya, Ismail. Lantas Ibrahim tak kuasa melakukannya, sebagaimana naluri sang Ayah kepada putranya yang sangat sayang sekali. Allah berfirman: “Allah lebih mengetahui dimana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalah-Nya”. Ibrahim pun tak menunda lagi risalah-Nya untuk menyembelih Ismail. Segeralah Ibrahim menuju Makkah menemui putra kesayangannya. Setelah berjumpa, Ismail pun mengamini perkataan Ayahnya. Detik-detik menjelang penyembelihan Ismail, parang untuk memotong leher Ismail tiba-tiba tumpul. Allah SWT berfirman lewat perantara Malaikat Jibril. “Dan kami panggilah dia : Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan besar.” Risalah Allah SWT hanya menguji ketaatan Ibrahim dan Ismail. Lalu, di samping Ibrahim ada seekor domba sebagai qurban (pengganti nyawa) Ismail untuk disembelih.
Berkat ketaatan Nabi Ibrahim as, akhirnya nyawa Putra Ibrahim terselamatkan. Cerita ini mengintisarikan bahwa, sebuah pengorbanan akan membuahkan hasil setimpal. Dengan keyakinan berusaha dan mentaati segala perintah-Nya. Penyembelihan Nabi Ismail as hanya untuk menguji seberapa taat Ibrahim dan Putranya, Ismail dalam menjalankan perintah-Nya. Pun, ketaatan seorang Ayah kepada Tuhan-Nya akan diuji melalui amanah karunia putra dan putrinya.
Seorang Ayah membawa anak-anaknya ke perpustakaan bukan hal sulit dilakukan. Mengenalkan perpustakaan dan belajar di perpustakaan malah memberikan bekal bagi sang anak dalam membiasakan diri melakukan kegiatan positif, seperti halnya mencari ilmu lewat kajian literasi buku dimana perpustakaan memiliki banyak refrensi buku menarik bagi anak-anak.
Ada dua persamaan dari sosok Ayah yang mendampingi anak-anaknya ke perpustakaan dengan kisah Nabi Ibrahim as yang akan menyembelih Putranya, Ismail, menurut saya patut diteladani. Nabi Ibrahim as sangat taat kepada Tuhan-nya, ketatannya diganjar dengan terselamatkannya Ismail. Tercetuslah hari raya idul adha atau hari raya qurban sebagai hari raya umat muslim.
Sedangkan pria yang saya ceritakan diawal ialah seorang Ibrahim masa kini yang sangat taat dalam mengemban amanah Tuhan-nya. Lelaki bertubuh gempal yang selalu membawa anak-anaknya berkunjung ke perpustakaan, tak lain untuk memberikan bekal ilmu bagi putra-putrinya agar kelak dewasa nanti terselamatkan dari pengaruh kebiasaan bermalas-malasan. Terutama dalam membiasakan anak membaca buku. Saya yakin dua anak itu akan menjadi sosok hebat masa depan, yang memberi kontribusi bagi Indonesia. Kegiatan positif sekecil apa pun akan memberi dampak bagi kemajuan sang anak kelak. Semoga saja semakin banyak Ibrahim-Ibrahim masa kini yang taat mengemban titipan Tuhan-Nya. Agar sang anak bisa menjadi pribadi berintelektual lewat membiasakan anak-anak berkunjung ke perpustakaan. Apakah hari ini para Ayah sudah membawa anak-anaknya ke perpustakaan?
Penulis : (Anton Su).