Teropongistana.com Nusa Tenggara Barat – Lebaran Idul Fitri tak hanya pada tanggal 1 Syawal saja, tetapi masih berlanjut hingga seminggu ke depan. Ada Lebaran Adat di Bayan dan lebaran topat di Lombok.
Biasanya tradisi lebaran Idul Fitri di Indonesia dirayakan dengan dua sesi. Pertama tradisi silaturahmi dengan menyantap kue-kue lebaran. Kedua tradisi makan ketupat yang biasa diadakan seminggu kemudian.
Tradisi tersebut dikenal dengan sebutan lebaran ketupat. Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi tersebut dengan berbagai sebutan dan makna tersendiri. Begitupun dengan warga di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Di Lombok tradisi tersebut dikenal dengan sebutan lebaran topat dan tidak semua warga pulau Lombok merayakannya hanya beberapa Kabupaten saja. Tradisi tersebut dilaksanakan dengan berdoa bersama di masjid (Roah/dzikir) dan menyantap ketupat bersama-sama. Lebaran topat memiliki filosofi bagi masyarakat Lombok.
Berikut 4 fakta unik mengenai tradisi lebaran topat di Pulau Lombok :
1. Apa itu Lebaran Topat?
Kata topat/tupat dalam bahasa Sasak artinya adalah ketupat. Jadi, lebaran topat dapat diartikan sebagai lebaran ketupat. Lebaran topat merupakan tradisi makan ketupat yang ada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Tradisi yang satu ini sudah dilakukan secara turun temurun. Biasanya lebaran topat dilaksanakan satu minggu setelah hari raya Idul Fitri.
Lebaran topat juga bisa dilaksanakan setelah menunaikan puasa sunnah Syawal selama 6 hari berturut-turut. Masyarakat Lombok mengenal tradisi ini dengan sebutan lebaran kedua. Dalam tradisi ini, masyarakat melakukan serangkaian agenda.
2. Ziarah Makam
Salah satu agenda yang dilakukan dalam tradisi lebaran topat adalah mengunjungi makam untuk berziarah. Di sana masyarakat Lombok mendoakan agoota keluarga ataupun leluhur penyebar agam Islam di Lombok.
Berziarah dilakukan pada pagi hari, biasanya lokasi makam pada saat lebaran tobat dipadati oleh masyarakat setempat. Biasanya makam yang sering dikunjungi adalah makan Bintaro dan makam Loang Baloq.
Selain berdoa, masyarakat juga mencuci kepala mereka dengan air yang telah disediakan. Hal tersebut dimaksudkan agar mereka mendapat keberkahan.
Kemudian, ada juga tradisi mencukur rambut anak bayi. Tradisi tersebut diyakini akan menjadikan bayi tersebut menjadi anak yang sholeh dan sholehah dan menjadi orang yang berhasil saat dewasa.
3. Mengunjungi Pantai dan Berebut Ketupat Raksasa
Setelah selesai ke pemakaman, masyarakat Lombok kemudian berpindah tempat ke tempat-tempat rekreasi seperti taman atau pantai. Namun, yang paling sering dijadikan titik kumpul adalah pantai.
Di sana, masyarakat sudah membawa bekal berupa makanan ketupat lengkap dengan lauknya. Maka tak heran suasana pantai di Lombok saat lebaran topat sangat ramai oleh wisatawan lokal.
Selain makan bekal yang telah dibawa, di sana juga tersedia ketupat raksasa atau disebut juga ketupat agung.
Jadi, ratusan ketupat dibentuk menggunung. Saat itulah, masyarakat setempat berebut ketupat tersebut. Sebelum perebutan ketupat, Bupati setempat dipersilahkan mengambil terlebih dahulu sebagai simbol tradisi.
4. Filosofi Lebatan Topat
Setiap tradisi di suatu tempat pasti memiliki filosofi. Begitupun dengan tradisi lebaran topat. Topat atau ketupat sendiri merupakan simbol perayaan hari raya Islam di Jawa sejak pemerintah Demak pada awal abad ke-15.
Pada lebaran topat, ketupat melambangkan nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani. Sementara anyaman daun kelapa melambangkan tentang kompleksitas masyarakat yang harus diikat dengan tali silaturahmi.
Bentuk ketupat yang jajar genjang persegi diceritakan sebagai arah kiblat atau mata angin. Beras menggambarkan nafsu birahi. Jadi, lebaran topat berarti menyambut keberhasilan muslim menjaga nafsunya. (Nanang)