Menu

Mode Gelap
SOKSI Jakarta Timur Gelar Musyawarah Cabang Luar Biasa, Teguhkan Konsolidasi dan Soliditas Organisasi Di Antara Kopi dan Ketakutan: Festival Film Horor 2025 Membaca Arah Sinema Horor Nasional Camelia Petir Tekankan Kekompakan di Puncak HUT ke-1 dan Seminar Nasional Perkuat Organisasi, FWS Sukseskan Rapat Konsolidasi Kepengurusan Kader Pemuda Katolik Bali Cetuskan Teori PARADIXIA Sebagai Dasar Tata Kelola AI Indonesia Menag Dorong Papua Barat Daya Jadi Teladan Kerukunan Antarumat

Opini

Dunia Pendidikan Kembali Disoroti Netizen, Ada Apa


Keterangan Foto : Calon Anggota Legislatif Dapil Lebak Yogi Wahyudin S.pd, (Sabtu, 30/9/2023) Perbesar

Keterangan Foto : Calon Anggota Legislatif Dapil Lebak Yogi Wahyudin S.pd, (Sabtu, 30/9/2023)

TeropongIstana.com, Jakarta | Dunia Pendidikan kembali dihebohkan dengan Aksi kekerasan/Bullying, bukan hal yang lumrah kekerasan anak dan aksi Bullying antar siswa di Indonesia sangat sering terjadi, maka dalam hal ini mengundang Pertanyaan bagaimana peran pendidikan di Indonesia?.

Sebenarnya Sistem Pendidikan di negara ini sudah cukup baik namun ada beberapa Paktor kelemahan yang menjadi dampak terjadinya kekerasan sehingga sistem yang baik tersebut tidak berjalan sesuai rencana.

Baca Juga : Caleg Artis Dukung Penuh Pasangan Anies – Muhaimin

adapun Paktor tersebut menurut saya sebagai berikut:

1. Paktor kurangnya kerja sama pihak sekolah dengan orang tua siswa.

kerja sama pihak sekolah dengan orang tua siswa merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan, karena pendidikan didalam sekolah sangatlah terbatas, oleh karena itu selanjutnya butuh peran orang tua dalam menindak lanjuti pendidikan ketika siswa sudah pulang sekolah.

terkadang yang belum kita sadari sebagai orang tua terlalu menggantungkan pendidikan anaknya terhadap sekolah, padahal yang paling utama dalam mendidik anak itu adalah kedua orang tuanya sendiri dan sekolah hanyalah sarana kedua untuk anak dalam memperoleh Pendidikan.

Baca Ini : Bacaleg DPR RI Camellia Panduwinata Bagikan Al-Quran Ke Mesjid

oleh karena itu sangat penting kerjasama Pihak sekolah dengan orang tua murid dalam membangun pendidikan para peserta didik.

2. Paktor Pengaruh Lingkungan yang buruk

Lingkungan yang buruk merupakan sesuatu yang sangat berbahaya bagi perkembangan peserta didik, dalam hal ini Jika ingin menjaga kondusifitas Pendidikan sesuai rencana maka baik pihak sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar harus bekerja sama dalam menciptakan Lingkungan yang baik dan bersih dari berbagai hal-hal yang negatif.

Jadi menurut pengamatan saya dalam dunia Pendidikan memerlukan kolaborasi dari berbagai Elemen, karena sebuah tujuan pendidikan tidak akan pernah terwujud tanpa adanya rencana yang teratur dan bijaksana, oleh Karenanya butuh kerjasama dari Lembaga Pendidikan, Orang tua dan Masyarakat dalam mewujudkannya.

Penulis : Yogi

Editor : Deni

Baca Lainnya

Mengubur Reformasi dengan Gelar Kepahlawanan

13 November 2025 - 13:47 WIB

Mengubur Reformasi Dengan Gelar Kepahlawanan

Pahlawan Sejati: Keteladanan Pemimpin Muda Harapan Bangsa

10 November 2025 - 12:23 WIB

Pahlawan Sejati: Keteladanan Pemimpin Muda Harapan Bangsa

Ayep Zaki Bangsa Besar Bukan Hanya Mengenang Perjuangan

29 Oktober 2025 - 13:08 WIB

Sumpah Pemuda: Momentum Kebangkitan Kolektif Tanggal 28 Oktober Selalu Mengingatkan Bangsa Ini Pada Ikrar Sakral Para Pemuda Tahun 1928: Satu Tanah Air, Satu Bangsa, Satu Bahasa—Indonesia. Sumpah Pemuda Bukan Sekadar Peristiwa Historis, Tetapi Energi Moral Untuk Terus Memperjuangkan Kemandirian Bangsa. Dulu Perjuangan Dilakukan Dengan Bambu Runcing Dan Pena, Kini Perjuangan Itu Menuntut Transformasi Ekonomi, Kemandirian Finansial, Dan Keadilan Sosial. Spirit Sumpah Pemuda Hari Ini Harus Diterjemahkan Ke Dalam Gerakan Ekonomi Umat Yang Kuat Dan Berkelanjutan. Salah Satu Instrumen Strategis Yang Sesuai Dengan Nilai Keikhlasan, Gotong Royong, Dan Keadilan Sosial Adalah Wakaf Uang. *Wakaf Uang: Instrumen Kemandirian Ekonomi Umat* Wakaf Uang Bukan Sekadar Ibadah Sosial, Melainkan _Financial Instrument_ Yang Mampu Menciptakan Keberlanjutan Ekonomi Berbasis Nilai. Dengan Regulasi Yang Jelas Melalui Uu No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Pp No. 42 Tahun 2006, Dan Dukungan Peraturan Bwi Dan Dsn-Mui, Wakaf Uang Kini Bisa Dikelola Secara Profesional, Transparan, Dan Produktif. Setiap Rupiah Wakaf Uang Memiliki Kekuatan Mengganda: Abadi Dalam Nilai, Produktif Dalam Manfaat. Ketika Dikelola Dengan Prinsip Wakaf Produktif, Dana Ini Dapat Diinvestasikan Ke Instrumen Syariah Seperti Sukuk Negara, Sukuk Korporasi, Cwls (Cash Waqf Linked Sukuk), Cwld (Cash Waqf Linked Deposit), Atau Sektor Riil Yang Menumbuhkan Pelaku Usaha Mikro. Keuntungan Hasil Pengelolaan Disalurkan Kembali Untuk Pemberdayaan Sosial, Pendidikan, Kesehatan, Dan Umk Tanpa Mengurangi Pokoknya. *Dari Idealisme Pemuda Ke Gerakan Ekonomi* Pemuda Hari Ini Tidak Hanya Ditantang Untuk Bersumpah Tentang Identitas, Tetapi Juga Untuk Berikrar Atas Kemandirian Ekonomi Bangsanya Sendiri. Melalui Gerakan Wakaf Uang, Pemuda Dapat Berperan Sebagai Penggerak Transformasi Finansial Yang Berlandaskan Nilai Spiritual. Bayangkan Jika Satu Juta Pemuda Indonesia Mewakafkan Rp100.000 Saja Setiap Bulan. Maka Akan Terkumpul Dana Abadi Rp100 Miliar Per Bulan—Sebuah Dana Kedaulatan Ekonomi Umat Yang Dapat Menghidupi Ribuan Umk Melalui Skema Qardhul Hasan, Membantu Pesantren, Membantu Kaum Dhu'Afa, Dan Memperkuat Ketahanan Sosial Masyarakat. Inilah Bentuk Baru “Sumpah Pemuda Ekonomi”: Satu Visi Kesejahteraan, Satu Semangat Kemandirian, Satu Aksi Wakaf Produktif. *Menanam Abadi, Menuai Berkah Tanpa Henti* Dalam Konsep Ekonomi Wakaf, _Giving Never Ends_. Nilai Kebaikan Terus Berputar, Menciptakan Rantai Keberkahan Yang Tidak Terputus. Wakaf Uang Adalah Jihad Ekonomi Yang Menjadikan Setiap Pemuda Bukan Sekadar Konsumen Global, Tetapi Produsen Kebaikan. Momentum Hari Sumpah Pemuda Harus Menjadi Titik Balik Untuk Mengubah Paradigma: Dari _Charity-Based Movement_ Menuju _Investment-Based Philanthropy_. Gerakan Ini Bukan Sekadar Berbagi, Tapi Membangun Sistem Ekonomi Yang Berkeadilan Dan Berkelanjutan. *Wakaf Uang* Adalah Jembatan Antara Iman Dan Pembangunan, Antara Spiritualitas Dan Kemandirian Nasional. Jika Sumpah Pemuda 1928 Melahirkan Indonesia Merdeka, Maka Sumpah Pemuda Ekonomi Melalui Wakaf Uang Akan Melahirkan Indonesia Berdaulat Dan Makmur. “Bangsa Yang Besar Bukan Hanya Yang Mengenang Perjuangan, Tetapi Yang Melanjutkan Perjuangan Dengan Cara Yang Relevan Di Zamannya.”
Trending di Opini