Teropongistana.com Jakarta – Suara bedug menggema di Tanjung Priok. Menteri Agama Nasaruddin Umar bersama Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, resmi membuka pembangunan Kampus Peradaban Qur’ani Internasional PTIQ Jakarta.
Bedug jadi simbol, kampus jadi impian, sementara warga sekitar masih berkutat dengan kesenjangan sosial yang tak kunjung usai.
Dilansir dari Kemenag.go.id, Menag menyebut kampus ini akan menjadi “Baitul Hikmah masa kini”, mercusuar ilmu pengetahuan layaknya kejayaan Islam abad pertengahan. Inspirasi dari Jabir bin Hayyan hingga Ar-Razi pun dijadikan pijakan. Namun, bagi sebagian warga Rorotan, Baitul Hikmah itu mungkin terasa seperti menara gading yang menjulang di atas jalanan becek dan dompet yang tipis.
Gubernur DKI pun berharap kehadiran kampus bisa mengangkat derajat masyarakat sekitar. Harapan yang mulia, meski terdengar seperti janji-janji pembangunan lain yang sering berakhir lebih cepat usang daripada cat tembok kampus itu sendiri.
Kampus Qur’ani ini digadang-gadang melahirkan ilmuwan besar. Tapi, satirnya, sebelum lahir ilmuwan, yang lebih dulu lahir biasanya adalah patung peresmian, plakat nama, dan foto-foto pejabat dengan senyum paling meyakinkan.
Sementara bedug peradaban terus dipukul, rakyat kecil hanya bisa menunggu: apakah ini betul langkah menuju pencerahan, atau sekadar gema proyek megah yang bunyinya nyaring, tapi isinya masih kosong? (Kei)















