TeropongIstana.com, Jakarta | Di tengah langit cerah kota Jakarta, adegan yang tak terlupakan terjadi ketika KELOMPOK PEMUDA AKSI LINGKUNGAN (KEPAL) melancarkan aksi unjuk rasa yang dramatis di depan pintu masuk Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dengan tampilan yang tak biasa, para peserta aksi menuliskan singkatan “HGU” dengan warna merah di dada mereka, sementara lakban menutup mulut mereka, mengirim pesan jelas bahwa suara mereka telah lama diabaikan.
Pemandangan unik ini tidak hanya mengundang rasa ingin tahu, tetapi juga menimbulkan perasaan dramatis di tengah kerumunan. Spanduk besar yang terbentang di atas kepala mereka membawa kata-kata yang memotret kemarahan: “BUMN Bobrok, HGU PTPN VIII Bodong.” Kata-kata itu melambangkan rasa frustrasi yang telah terakumulasi dalam waktu yang lama.
Baca Juga : Hindari Penyalahgunaan Obat, Kejari Jakbar Musnahkan Narkoba
Suara lantang koordinator aksi, Riki Abrag, membelah keheningan yang membungkus area tersebut. Dengan penuh semangat, dia menyampaikan tuntutan-tuntutan yang meletus dari hati mereka:
“Transparansi Tuntas Surat Izin Hak Guna Usaha (HGU) PTPN VIII”, Dalam orasinya, Abrag menegaskan pentingnya transparansi dalam pengelolaan perizinan hak guna usaha PTPN VIII. “Publik berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan tanah-tanah kami, dengan masa depan alam kami,” ujarnya dengan mata yang memancarkan tekad.
**Kehendak untuk Kejernihan, Pencopotan Direktur PTPN VIII:** Dalam tuntutan berani, para peserta aksi meminta agar Bernardus Didik Prasetyo dicopot dari jabatannya sebagai direktur PTPN VIII. “Pemimpin yang tidak memenuhi harapan tidak layak memimpin,” kata Abrag dengan suara yang menggetarkan.
**Erick Thohir, Panggilan Hati untuk Evaluasi:** Sorakan dari kerumunan semakin menggema saat Abrag menyerukan kepada Menteri BUMN, Erick Thohir, untuk secara pribadi mengevaluasi PTPN VIII yang berlokasi di Cisalak Baru, Rangkas Bitung. “Kami percaya Bapak memiliki kemampuan untuk melihat kebenaran, untuk melihat kekacauan yang tersembunyi di balik kata-kata resmi,” teriaknya, memanggil hati Thohir.
Ini Juga : Walikota Tanjung Balai Minta Segera Buat Perda Terkait Penyalahgunaan Lem
**Ancaman Aksi Massa Lebih Besar:** Aksi unjuk rasa ini tidak hanya sekadar protes. Abrag memberikan peringatan keras, “Kami beri Anda waktu satu minggu, satu minggu untuk mendengarkan suara kami. Jika bisu tetap menjadi bahasa yang Anda pilih, kami akan berbicara lagi, tapi kali ini dengan suara yang lebih besar. Suara rakyat yang tak lagi bisa diabaikan.”
Aksi teatrikal ini memancarkan semangat perubahan, mengejutkan dengan dramatisasi visual yang menggugah emosi. Seperti dalam pementasan panggung besar, KEPAL telah menyampaikan pesan mereka dengan suara yang sulit diabaikan, menjadikan tuntutan mereka sebagai sorotan perbincangan di seluruh negeri.
Editor : (Deni/red)