Menu

Mode Gelap
Pengamat Lingkungan: Pemkot Jangan Lempar Kesalahan ke Rakyat Soal Bangunan Liar dan Banjir Sukabumi Kebun Percontohan Untuk Menopang Dapur MBG Peran Aktif CCL Isi HUT Lebak ke 197 Adakan Lomba Catur Terbuka Dikepung Banjir dan Longsor: Pengamat Nilai Lemahnya Kontrol Pemkot dan Pemprov MHQ Disabilitas Netra Internasional 2025: Indonesia Raih Prestasi, Akses Publik Perlu Dievaluasi MUI Dukung Seruan Muhaimin: Korban Bencana Bukti Kelalaian Struktural Pejabat Publik

Politik

Lucius Karus: Usulan Bahlil soal Pilkada Tak Langsung Tak Berdasar


Foto (Red). Perbesar

Foto (Red).

Teropongistana.com Jakarta –  Peneliti dan Koordinator Bidang Legislasi Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus, menyoroti usulan Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, yang menginginkan sistem Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dikembalikan ke sistem tidak langsung melalui DPRD.

Menurut Lucius, sebagai sikap politik, usulan tersebut sah-sah saja. Namun, ia menilai Bahlil tidak menyertakan alasan yang kuat dalam mengemukakan pandangannya, sehingga kesannya seperti “asal bicara”.

“Alasan bahwa Pilkada langsung menyebabkan perpecahan warga itu terdengar lucu, untuk tidak mengatakan aneh. Perbedaan pilihan dalam kontestasi politik seperti Pilkada adalah hal wajar dan sementara. Biasanya, setelah Pilkada usai, warga kembali akur,” ujar Lucius 31 Juli 2026.

Ia menambahkan bahwa perpecahan serupa juga terjadi dalam Pemilu Presiden, dan itu tidak dijadikan alasan untuk mengubah sistemnya. Menurutnya, perbedaan pilihan merupakan hal yang tidak bisa dihindari dalam demokrasi, namun itu bukan berarti masyarakat benar-benar terpecah secara sosial dalam jangka panjang.

Lucius juga mempertanyakan apakah Golkar, melalui Bahlil, benar-benar berniat memperbaiki sistem atau hanya ingin mengikuti langkah partai lain seperti PKB dan Gerindra.

“Kesan yang muncul, Bahlil hanya mengekor Muhaimin yang sebelumnya menyampaikan hal serupa, dan Muhaimin pun sebenarnya mengikuti jejak Prabowo,” katanya.

Ia menilai partai-partai ini seakan ingin mencari jalan pintas dan menghindari kerumitan Pilkada langsung, bukan karena sistem tersebut buruk, tetapi karena partai ingin jalan yang lebih mudah.

“Lebih bijak jika Bahlil mendorong Fraksi Golkar untuk terlebih dahulu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan Pilkada langsung sebelum menyuarakan perubahan sistem. Dengan begitu, jika nanti ada usulan revisi UU Pilkada, ada dasar argumentatif yang jelas,” imbuh Lucius.

Lebih lanjut, ia menilai bahwa usulan pengembalian Pilkada ke sistem tidak langsung ini justru memperlihatkan semacam nostalgia terhadap masa Orde Baru, di mana Golkar mendominasi sistem politik nasional.

“Golkar yang kini terus mentok di posisi nomor dua dalam perolehan suara, seolah ingin mengembalikan kejayaan masa lalu. Usulan mengubah sistem Pilkada bisa jadi langkah awal sebelum mengobrak-abrik sistem lainnya demi mengulang masa kejayaan itu,” pungkas Lucius.

Baca Lainnya

MUI Dukung Seruan Muhaimin: Korban Bencana Bukti Kelalaian Struktural Pejabat Publik

6 Desember 2025 - 22:42 WIB

Majelis Ulama Indonesia

Pemerintah Kota Sukabumi dan Pemerintah Kabupaten Gorontalo Jalin Kerja Sama Penguatan Tata Kelola Daerah

31 Oktober 2025 - 15:40 WIB

Pemkot Sukabumi Dan Pemkab Gorontalo

BMI : Revitalisasi Perubahan Untuk Keadilan dan Keberpihakan Kaum Lemah

28 Oktober 2025 - 12:30 WIB

Ketua Dewan Pimpinan Nasional Bintang Muda Indonesia (Bmi) Farkhan Evendi Mengatakan, Ada Makna Mendalam Di Balik Peringatan Sumpah Pemuda Bertepatan Tangal 28 Oktober Saat Ini. Farkhan Mengatakan, Ruh Sumpah Pemuda Pada 28 Oktober 1928 Atau Ratusan Tahun Lalu Itu Tak Hanya Bernilai Kebangsaan, Kenegaraan Dalam Jiwa Bertumpah Darah Indonesia. “Namun Dalam Kontek Sekarang Perlu Dimaknai Revitaliasi Semangat Kempemudaan,” Ujar Farkhan, Dalam Pernyataan Resmi Peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2025.10.28 Menurut Farkhan, Semangat Revitalisasi Jiwa Kepemudaan Dapat Dijabarkan Dalam Mendukung Perubahan Lebih Baik Dan Keberpihakan Kaum Lemah. “Karena Kontek Saat Ini Sudah Meraih Kemederkaan, Tinggal Mengubah Pola Pikir Berpihak Yang Jelas, Salah Satunya Berpihak Kepada Kaum Lemah Dan Margial Atau Musta’afin,” Ujar Farkhan Menambahkan. Ia Menegaskan Keperpihakan Pemuda Dalam Kontek Sekarang Itu Dinilai Perlu, Ketika Kemerdekan Secara Dejure Masih Menyisakan Pekerjaan Rumah Atau Pr. Di Antaranya Masih Ada Ketimpangan Kemiskinan, Dikriminasi Minoritas Dan Nilai Keadilan Berbasis Gender. Sejumlah Masalah Itu, Kata Farkhan, Menjadi Tanggungjawab Pemuda Sekarang Melakukan Langkah Nyata Dengan Prorgram Dan Kegiatan Yang Dijiwai Prinsip Menegakakn Keadilan Serta Menolong Kelompok Rentan. “Baik Rentan Ekonomi, Rentan Diskrimansi Maupun Kerentanan Lain,” Ujar Farkhan. Selain Itu Farkhan Mengingatkan Pentingnya Menjaga Identitas Pemuda Yang Selalu Hadir Sebagai Pendobrak Ketika Menemukan Tatanan Sistem Maupun Nilai-Nilai Yang Merugikan Publik Dan Bangsa. “Selalu Hadir Dalam Kepeloporan Di Semua Sektor. Termasuk Mendobrak Paradigma Atau Pola Pikir Dan Peran Menata Sistem Yang Lebih Baik,” Kata Farkhan Menjelaskan.
Trending di Politik