Menu

Mode Gelap
Diduga Tak Miliki Izin, PT SGT di Jawilan Bodong dan Berbahaya Gerak 08 Banten Desak Satgas PKH Sikat Habis Tambang Ilegal di Indonesia Perusahaan Tambang Merasa Dipersulit, MinerbaOne Error dan Revisi RKAB Penjelasan Ahli Waris Suparno terkait Ganti Rugi Pembebasan Lahan Bandara Soetta Gerak 08 Apresiasi Penindakan Tambang Ilegal di Morowali, Bongkar Praktik Cukong yang Selama Ini Kebal PT Warnaprima Kimiatama di Serang Disorot: Aktivis Pertanyakan Izin Lingkungan dan Limbah B3

Daerah

Ditengah Ancaman Bencana, Ahmad Fauzi: Harapan Ada Ditangan Masyarakat yang Terlatih


Foto (dok ist) Perbesar

Foto (dok ist)

Teropongistana.com Pandeglang – Indonesia adalah negeri megah yang berdiri di atas keindahan dan kerentanan sekaligus. Terletak di atas tiga lempeng besar dunia dan dikelilingi oleh puluhan gunung api aktif, tanah air ini tidak hanya dikaruniai kekayaan alam, tetapi juga diuji dengan potensi bencana yang nyaris tak henti. gempa bumi, tsunami, letusan gunung, banjir bandang, dan lainnya.

Kabupaten Pandeglang di Provinsi Banten adalah salah satu wilayah yang berada dalam episentrum kerawanan itu. Bentang garis pantainya yang luas, serta kedekatannya dengan Gunung Anak Krakatau, membuat daerah ini memiliki tingkat risiko tinggi terhadap bencana. Hal inilah yang menjadi latar belakang diselenggarakannya Workshop Pemberdayaan Masyarakat untuk Kesiapsiagaan Bencana oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) di Aula Gedung PGRI Carita, Rabu (30/7/2025).

Membuka kegiatan tersebut, Dr. Ahmad Fauzi, Anggota DPR RI Fraksi Kebangkitan Bangsa Dapil Banten I, tampil penuh semangat dan kepedulian. Dalam pidatonya, ia menyampaikan pandangan mendalam mengenai pentingnya menggeser paradigma kebencanaan dari reaktif menjadi proaktif. Salah satu pilar utamanya adalah keberadaan komunitas siaga bencana di tengah masyarakat.

“Hari ini, kita tidak lagi bisa hanya mengandalkan aparat atau lembaga penyelamat datang dari luar saat bencana terjadi. Waktu adalah nyawa. Yang terdekat dengan korban adalah tetangganya, keluarganya, komunitasnya sendiri. Maka Basarnas harus hadir tidak hanya sebagai penyelamat, tetapi sebagai pembina dan pendidik komunitas,” tegas Ahmad Fauzi di hadapan para peserta.

Menurutnya, pembinaan komunitas siaga bencana harus menjadi program berkelanjutan, bukan sekadar seremonial atau musiman. Pembinaan itu mencakup pelatihan teknik evakuasi, pertolongan pertama, komunikasi darurat, hingga simulasi nyata di lapangan. Lebih dari itu, komunitas perlu dibekali alat dasar dan jejaring koordinasi langsung dengan BPBD atau Basarnas.

“Masyarakat yang terlatih akan menjadi perpanjangan tangan negara saat darurat datang. Mereka adalah pahlawan yang tak berseragam,” ujar legislator yang dikenal vokal dalam isu-isu kebencanaan itu.

Workshop ini diikuti oleh puluhan pemuda dari berbagai kecamatan di Pandeglang. Mereka mendapatkan materi langsung dari instruktur Basarnas tentang prinsip dasar penyelamatan, mitigasi bencana, hingga pembentukan jejaring komunitas siaga di tingkat desa dan kelurahan.

Salah seorang peserta, Fitri (23), mengatakan bahwa ini merupakan kali pertama ia mengikuti pelatihan kebencanaan secara langsung.

“Selama ini kami hanya tahu dari berita, tapi sekarang kami dilatih langsung. Saya baru sadar bahwa kesiapsiagaan bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga tanggung jawab kita semua,” ucapnya penuh semangat.

Ahmad Fauzi menambahkan bahwa daerah-daerah rawan bencana seperti Pandeglang tidak bisa hanya mengandalkan kecepatan tim evakuasi yang datang dari kota. Warga harus menjadi bagian dari sistem perlindungan diri mereka sendiri. Karena itu, ia akan mendorong melalui parlemen agar Basarnas mendapat dukungan anggaran dan regulasi yang lebih kuat dalam pembinaan komunitas di seluruh Indonesia.

“Bukan hanya sekadar datang saat sirine berbunyi. Basarnas harus menjadi mitra tetap masyarakat, hadir sejak sebelum bencana, lewat pelatihan, pembinaan, dan pendampingan. Itulah bentuk kehadiran negara yang sesungguhnya,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Fauzi menilai bahwa di tengah ancaman perubahan iklim global, frekuensi bencana di masa depan diperkirakan akan meningkat. Oleh karena itu, pendekatan pembangunan harus mulai memprioritaskan aspek pengurangan risiko bencana dan ketahanan komunitas.

“Pembangunan yang tangguh adalah pembangunan yang mampu berdiri di atas kesiapsiagaan. Dan ketahanan itu bermula dari pengetahuan, lalu latihan, lalu kedisiplinan komunitas. Itu semua harus dimulai sekarang,” pungkasnya.

Ahmad Fauzi berharap kegiatan seperti ini tidak hanya berhenti sebagai agenda pelatihan, tetapi menjadi gerakan sosial baru di tingkat akar rumput: menciptakan generasi yang sadar risiko, cepat bertindak, dan siap menyelamatkan. (Yusuf/Tim)

Baca Lainnya

Diduga Tak Miliki Izin, PT SGT di Jawilan Bodong dan Berbahaya

16 November 2025 - 15:01 WIB

Diduga Tak Miliki Izin, Pt Sgt Di Jawilan Bodong Dan Berbahaya

Gerak 08 Banten Desak Satgas PKH Sikat Habis Tambang Ilegal di Indonesia

16 November 2025 - 10:37 WIB

Gerak 08 Banten Desak Satgas Pkh Sikat Habis Tambang Ilegal Di Indonesia

Gerak 08 Apresiasi Penindakan Tambang Ilegal di Morowali, Bongkar Praktik Cukong yang Selama Ini Kebal

15 November 2025 - 15:46 WIB

Gerak 08 Apresiasi Penindakan Tambang Ilegal Di Morowali, Bongkar Praktik Cukong Yang Selama Ini Kebal
Trending di Daerah