Menu

Mode Gelap
Pemkot Sukabumi Bentuk Satgas MBG, Antisipasi Kasus Keracunan Massal Kejagung Diminta Periksa Petinggi PT PLM, PLN, dan AABI Terkait Dugaan Korupsi Tambang Emas di Bombana Ribuan Petani Geruduk Kantor Gubernur Sumut, Gubernur dan Wakil Gubernur Tak Temui Massa Matahukum Minta Penunjukan Dirut Perum Perhutani Harus Independen dan Bebas Lobi Politik Gerak 08 Banten Soroti Kasus Keracunan Program MBG, Desak Evaluasi Total Lelang Layanan Kesehatan SKK Migas Diduga Sarat Monopoli, CBA Desak Kejagung Selidiki

Megapolitan

Terus Bergerak, LMND dan Petani Lampung Desak Istana Hentikan Impor Tapioka


Keterangan foto : Memperingati Hari Tani Nasional, LMND bersama ratusan petani singkong asal Lampung menggelar aksi di depan Istana Negara. Perbesar

Keterangan foto : Memperingati Hari Tani Nasional, LMND bersama ratusan petani singkong asal Lampung menggelar aksi di depan Istana Negara.

Teropongistana.com Jakarta – Memperingati Hari Tani Nasional, LMND bersama ratusan petani singkong asal Lampung menggelar aksi di depan Istana Negara. Aksi ini menyoroti jatuhnya harga singkong, praktik oligopoli dalam industri tapioka, serta kebijakan impor yang semakin memiskinkan petani.

“Situasi petani Lampung hari ini adalah potret nyata keterpurukan petani di Indonesia. Mereka bukan hanya berhadapan dengan harga singkong yang anjlok, tetapi juga tata niaga yang dikuasai segelintir pengusaha besar, pungli di pabrik, hingga impor yang menghancurkan pasar dalam negeri,” tegas Redho Balau, Wakil Ketua LMND Bidang Dalam Negeri, Rabu (24/9/2025)

Petani Lampung membawa sembilan tuntutan, di antaranya: regulasi tata niaga singkong, penghentian impor tapioka, penetapan HET singkong, penghapusan pungli di pabrik, menjadikan ubi kayu sebagai komoditas strategis nasional, hingga mendorong hilirisasi berbasis BUMN.

LMND menilai, problem yang dihadapi petani tidak bisa dilihat sebatas soal pupuk subsidi atau fluktuasi harga. Akar persoalan ada pada ketimpangan struktur agraria. Selama tanah-tanah produktif dikuasai korporasi besar, petani kecil akan tetap berada dalam posisi yang lemah.

“Jalan keluar dari krisis ini adalah Land Reform sejati sebagaimana diamanatkan UUPA No. 5 Tahun 1960. Pemerintah harus segera melakukan pemerataan kepemilikan tanah, membatasi monopoli korporasi, serta membangun industrialisasi pertanian berbasis produksi rakyat. Tanpa itu, kedaulatan pangan hanya jadi jargon kosong,” lanjut Redho.

LMND menegaskan, memperingati Hari Tani Nasional bukan hanya soal mengenang sejarah, tetapi juga momentum menuntut negara memenuhi mandat konstitusi: menyejahterakan petani sebagai tulang punggung bangsa. Hilirisasi dan industrialisasi pertanian tidak akan berarti apa-apa bila land reform tidak dijalankan secara konsisten.

Baca Lainnya

Menguji Ketahanan Demokrasi di Tengah Belitan Populisme, Oligarki, dan Ketidakpastian Ekonomi Politik

25 September 2025 - 11:36 WIB

Menguji Ketahanan Demokrasi Di Tengah Belitan Populisme, Oligarki, Dan Ketidakpastian Ekonomi Politik

Dirut Pertamina Simon Aloysius Mantiri Diduga “Bersilat Lidah”, CBA Desak KPPU Usut Dugaan Monopoli Impor BBM

24 September 2025 - 19:58 WIB

Dirut Pertamina Simon Aloysius Mantiri Diduga “Bersilat Lidah”, Cba Desak Kppu Usut Dugaan Monopoli Impor Bbm

Keracunan Massal MBG, Pengamat Sebut Tak Ada Jaminan Keselamatan dari Badan Penyelenggara

24 September 2025 - 18:08 WIB

Keracunan Massal Mbg, Pengamat Sebut Tak Ada Jaminan Keselamatan Dari Badan Penyelenggara
Trending di Megapolitan