Teropongistana.com Sidoarjo – Tragedi runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, yang menelan korban jiwa menuai keprihatinan dari berbagai kalangan. Salah satunya datang dari KH Maman Imanulhaq, tokoh pesantren sekaligus anggota DPR RI.
Dalam keterangannya, Wakil Sekretaris Dewan Syuro DPP PKB itu menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga korban serta seluruh civitas pesantren yang terdampak musibah ini.
“Semoga Allah memberikan ketabahan dan kesabaran bagi keluarga korban, mengampuni yang wafat, dan memberi kesembuhan bagi yang terluka,” ujar Kiai Maman saat dihubungi wartawan, Selasa (30/9).
Menurut laporan, lebih dari seratus orang berhasil dievakuasi, sementara sekitar 38 orang masih diduga terjebak di reruntuhan bangunan.
“Angka ini sangat memprihatinkan. Kita berharap proses evakuasi bisa berlangsung cepat dan semua korban segera ditemukan,” kata Kia Maman yang juga pengasuh Ponpes Al Mizan Jatiwangi, Majalengka.
Ia menegaskan, keselamatan manusia harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan lembaga pendidikan, terlebih pondok pesantren. Tidak boleh ada kompromi terhadap standar konstruksi dan pengawasan teknis. Nyawa para santri dan pekerja tidak bisa dipertaruhkan.
Kiai Maman juga menilai runtuhnya bangunan saat pengecoran lantai empat menunjukkan adanya dugaan kelalaian dalam perencanaan maupun pelaksanaan proyek.
“Jika tiang fondasi tidak mampu menahan beban, artinya ada masalah serius pada tahap perancangan maupun pengawasan,” jelasnya.
Karena itu, ia mendesak aparat penegak hukum bersama instansi terkait, mulai dari kepolisian hingga Dinas PUPR, segera mengusut tuntas penyebab ambruknya bangunan tersebut.
“Siapapun yang lalai, baik kontraktor, pengawas, maupun pihak lain yang bertanggung jawab, harus diperiksa dan diberi sanksi sesuai aturan hukum,” kata Kiai Maman.
Ia juga mendorong Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan lembaga teknis lainnya melakukan audit menyeluruh terhadap kualitas bahan, metode pembangunan, dan standar keselamatan konstruksi.
“Transparansi harus dijaga agar publik mengetahui apa yang sebenarnya terjadi,” tambahnya.
Selain itu, KH Maman mengingatkan seluruh pengelola pesantren di Indonesia untuk lebih memperhatikan aspek keselamatan fisik bangunan.
“Jangan hanya fokus pada aspek akademik atau dakwah. Infrastruktur yang aman dan layak menjadi syarat mutlak bagi keberlangsungan pesantren,” ujarnya.
Menutup pernyataannya, Kiai Maman berharap musibah ini menjadi pelajaran berharga agar kejadian serupa tidak terulang. Tragedi ini, imbuhnya, harus menjadikan momentum untuk memperkuat standar keselamatan di semua lembaga pendidikan. Jangan ada pembiaran, jangan ada yang ditutupi.