Teropongistana.com Lebak – Malam di Desa Tanjungsari, Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, bukanlah malam yang semestinya terang benderang. Warga justru harus berkutat dengan cahaya lampu seadanya. Suplai daya listrik dari PLN yang lemah membuat penerangan tak pernah benar-benar maksimal. Bagi masyarakat, kondisi ini bukan sekadar soal terang atau gelap, melainkan sudah mengganggu kehidupan sehari-hari.
Keluhan warga yang terus menerus disuarakan tak lebih dari bisikan di tengah angin malam. Hingga kini, tak ada tindak nyata. Padahal, listrik adalah urat nadi kehidupan. Bayangkan, di saat masyarakat menggelar acara tahlilan, lampu yang redup membuat suasana semakin muram. Seperti dialami Sri Mulyanti, warga setempat, yang merasa kecewa karena listrik yang lemah membuat acara doa bersama jadi tidak khidmat.
“Lampunya nggak kuat, jadi redup sekali. Padahal ini acara tahlilan, seharusnya bisa terang. Kalau begini terus, mau sampai kapan masyarakat dibiarkan?” keluh Sri Mulyanti.
Kondisi ini bukan hanya merugikan masyarakat saat malam hari, tetapi juga mematikan geliat ekonomi desa. Di Tanjungsari terdapat banyak industri rumahan, mulai dari konveksi hingga usaha mesin jahit. Semua membutuhkan suplai listrik stabil agar bisa berproduksi. Namun kenyataannya, keterbatasan daya membuat mesin-mesin berhenti, usaha tersendat, dan pendapatan rakyat kecil semakin tercekik.
Apakah PLN menutup mata terhadap penderitaan rakyat kecil? Sampai kapan masyarakat dibiarkan terjebak dalam kegelapan, sementara janji pelayanan energi yang merata terus digembar-gemborkan?
Masyarakat Desa Tanjungsari menunggu jawaban nyata. PLN harus segera bertindak, bukan hanya memberi janji. Sebab listrik bukanlah kemewahan, melainkan hak dasar rakyat yang wajib dipenuhi oleh negara. (Red)