Menu

Mode Gelap
Jampidsus Dilaporkan ke Presiden, Diduga Salahgunakan Wewenang Selaku Ketua Satgas PKH Komrad 98 Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional Diduga Halangi Tugas Jurnalistik, Matahukum Minta JamWas Tegur Petugas dan Oknum TNI di Kejari Lebak Anggota DPR RI Komisi IV Fraksi NasDem, Arif Rahman, menegaskan pentingnya memperkuat landasan hukum Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Kasusnya Disidik Kejagung, Sugianto Alias Asun Pelaku Ilegal Mining Kaltim Diduga Dibacking Oknum Institusi Intelijen Mahkamah Agung Kabulkan Kasasi Karyawan PT Asi Pudjiastuti Aviation

Daerah

Program Dapur Sekolah : Keterlibatan Guru Ikut Mengawasi MBG, Bukan Sekedar Mencicipi


Makanan Bergizi Gratis (MBG) tiap hari dari jajaranya, dan jumlah penerima makanan bergizi sampai pertengahan Agustus 2025 mencapai 20 juta orang lebih. Perbesar

Makanan Bergizi Gratis (MBG) tiap hari dari jajaranya, dan jumlah penerima makanan bergizi sampai pertengahan Agustus 2025 mencapai 20 juta orang lebih.

Teropongistana.com JAKARTA – Kasus keracunan massal masih terus terjadi sejak program Makanan Bergizi Gratis (MBG) diluncurkan awal tahun 2025 ini. Untuk menghindari keracunan massal pada siswa pemerintah meminta guru untuk mencicipi dulu makanan itu sebelum dibagikan ke siswa.

Kebijakan kontroversial ini dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sleman, Jogjakarta. Pemkab meminta guru untuk mencicipi makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebelum dibagikan kepada siswa guna mencegah keracunan massal yang baru-baru ini terjadi di empat SMP.

Kebijakan ini memicu penolakan dari para guru yang merasa keberatan karena mengganggu proses belajar mengajar dan menempatkan guru sebagai “kelinci percobaan.

Chairman of Mubarok Institute, Fadhil As Mubarok merasa prihatin atas kebijakan yang tidak solutif tersebut.

“Kebijakan itu hanya memindahkan korban saja. Yang tadinya siswa yang jadi korban, sekarang guru yang jadi tumbal,” katanya kepada media Jumat (5/9/2025) di Jakarta.

Menurut Mubarok sudah terlampau banyak korban keracunan massal. Seharusnya pemerintah bisa mencari jalan terbaik. Jalan terbaiknya menurut Mubarok adalah Dapur Sekolah.

Meskipun tantangnya besar seperti masalah logistik, koordinasi, dan sumber daya manusia, ada beberapa potensi solusi yang bisa diambil kolaborasi publik-swasta, melibatkan sektor swasta dan komunitas lokal supaya dapat mempercepat proses pembangunan dan operasional.

Pemerintah bisa menyederhanakan regulasi dan birokrasi untuk mempercepat pengadaan dan distribusi. Penggunaan teknologi, memanfaatkan teknologi, seperti sistem digital untuk pemantauan dan pelacakan, dapat meningkatkan efisiensi dan transparasi.

Kasus Keracunan MBG

Sejumlah kasus keracunan massal pada siswa dan guru akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah terjadi di beberapa daerah seperti Bandung, Sragen, Tasikmalaya, dan Lombok Tengah, menyebabkan gejala seperti mual, diare, hingga pusing. Penyebabnya bervariasi, mulai dari indikasi bau tidak sedap, adanya bakteri Escherichia coli (E-coli), hingga dugaan makanan kedaluwarsa atau kontaminasi sanitas. Sebagai tindakan pencegahan, beberapa sekolah meminta guru untuk mencicipi MBG lebih dulu sebelum dibagikan ke siswa, dan pihak berwenang melakukan uji laboratorium terhadap sampel makanan untuk memastikan penyebab keracunan.

Berdasarkan data dari Institut for Development of Economic and Finance (INDEF) sebanyak : 4.000 siswa menjadi korban keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dalam delapan bulan terakhir.

Selain keracunan, menurut ekonom senior INDEF, Aviliani, menilai program MBG gagal memberdayakan usaha kecil, karena syaratnya terlalu berat, harus punya dapur sendiri dan tenaga pengolah, sehingga membuat UMKM sulit ikut terlibat.

Beberapa kasus keracunan MBG yang melibatkan guru: SMPN 35 Bandung (29 April 2025), sebanyak : 342 siswa dan dua guru mengalami keracunan massal setelah mengonsumsi makanan bergizi gratis. Gejala yang muncul adalah diare dan mual.

Kecamatan Gemolong, Sragen (Agustus 2025), sebanyak : 251 siswa dan guru dari SDN 4 dan SMPN 3 Gemolong mengalami keracunan massal. Korban merasakan sakit perut, pusing, dan mual setelah mengonsumsi menu MBG.

Kecamatan Tasikmalaya (Mei 2025), sekitar 400 orang, termasuk siswa dan guru, mengalami keracunan setelah menyantap menu MBG. Gejala yang dialami adalah diare.

Lombok Tengah (April 2025), sebanyak : 5 siswa dan beberapa guru di sana diduga keracunan karena kandungan bakteri E-coli dalam menu MBG, khususnya pada telur bumbu dan kacang goreng.

Lebong, Bengkulu (Agustus 2025), sebanyak 150 siswa dilarikan ke RSUD Kab.Lebong, setelah mengkonsumsi MBG.

Situbondo, Jawa Timur (September 2025),sebanyak 230 siswa di SMA 1 Panji Situbondo, keracunan setelah konsumsi MBG.

Program MBG Jalan Terus

Menyikapi temuan INDEF, sebanyak 4.000 siswa dilaporkan menjadi korban keracunan makan Bergizi Gratis, dalam delapan bulan terakhir ini. Menteri Pendidikan dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti menanggapinya, bahwa tetap mendukung keberlanjutan program MBG dan akan menyiapkan sekolah-sekolah sebagai penerima manfaat dari program tersebut.

“Bahwa ada berbagi peristiwa, sebagian anak-anak keracunan, mudah-mudahan bisa menjadi evaluasi.”jelas Abdul Mu’ti kepada awak media di Masjid Agung Jawa Tengah, Kab.Magelang, Jumat (5/09/2025).

Lebih lanjut Mendikdasmen juga mengatakan, bahwa MBG akan tetap berjalan dan disempurnakan secara bertahap.

Baca Lainnya

Mahkamah Agung Kabulkan Kasasi Karyawan PT Asi Pudjiastuti Aviation

23 Oktober 2025 - 13:32 WIB

Mahkamah Agung Kabulkan Kasasi Karyawan Pt Asi Pudjiastuti Aviation

Bapenda Kabupaten Lebak Fokus Perkuat Pajak Daerah Strategis

20 Oktober 2025 - 22:12 WIB

Bapenda Kabupaten Lebak Fokus Perkuat Pajak Daerah Strategis

Kasus Dugaan Korupsi PT ENM dan PT SDI, Kejari Kota Bandung Amankan Uang Negara Rp15 Miliar

17 Oktober 2025 - 16:19 WIB

Kasus Dugaan Korupsi Pt Enm Dan Pt Sdi, Kejari Kota Bandung Amankan Uang Negara Rp15 Miliar
Trending di Daerah