Teropongistana.com Jakarta – Menghadapi tantangan global yang kian kompleks di abad ke-21, Revitriyoso Husodo, Dewan Pengawas Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (JAKER), menyerukan pentingnya strategi kebudayaan berbasis kearifan lokal sebagai langkah memperkuat rasa kebangsaan dan ketahanan budaya Indonesia.
Dalam rilisnya yang berjudul “Strategi Kebudayaan: Pengarusutamaan Kearifan Lokal sebagai Gerakan Penguatan Rasa Kebangsaan”, Revitriyoso menyoroti kondisi global yang memasuki era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity). Perubahan teknologi yang cepat, terutama dengan hadirnya kecerdasan buatan (AI), dinilai berdampak pada struktur sosial dan budaya global, termasuk di Indonesia.
“Negara-negara miskin dan berkembang berisiko kehilangan identitas budayanya akibat dominasi nilai dan budaya negara maju yang dikendalikan sistem kapitalisme tahap akhir,” ujar Revitriyoso.
Mengacu pada teori Marxian dan pemikiran filsuf Belanda Cornelis Anthonie van Peursen, ia menjelaskan bahwa budaya berkembang secara berlapis dan bertahap, mulai dari nilai hingga bentuk fisik. Jika tidak diantisipasi, keberagaman lokal dikhawatirkan akan terserap dalam budaya global yang seragam.
Untuk itu, Revitriyoso mengusulkan lima langkah strategis penguatan kebudayaan nasional:
1. Menjadikan kebudayaan sebagai prioritas pembangunan nasional. 2. Menyusun roadmap pengembangan kebudayaan jangka panjang. 3. Melakukan riset dan pendataan terhadap warisan budaya dan kearifan lokal, baik yang tinggi secara estetik maupun keseharian. 4. Memanfaatkan teknologi digital untuk mengembangkan dan mendiseminasikan budaya lokal. 5. Membangun sistem promosi dan perlindungan terhadap kekayaan budaya nasional.
Ia menegaskan bahwa strategi ini tidak hanya penting untuk menjaga identitas bangsa, tetapi juga untuk menciptakan ketahanan budaya dan ekonomi rakyat di tengah dominasi global.
“Indonesia harus berdiri di atas kekuatan budayanya sendiri agar bisa sejahtera dan memberi kontribusi pada dunia,” pungkasnya.