Teropongistana Yogyakarta — Menteri Haji dan Umrah (Menhaj) RI, Mochamad Irfan Yusuf, kembali melakukan kunjungan kerja yang dikemas rapi sebagai inspeksi serius, Kamis (27/11/2025).
Kali ini Menhaj meninjau fasilitas hotel yang akan difungsikan sebagai embarkasi haji berbasis hotel di DI Yogyakarta.
Karena di era modern ini, rupanya ibadah haji harus dimulai dari lobi hotel, bukan lagi dari asrama.
Gus Irfan meninjau dua lokasi utama, yakni Hotel Novotel dan Ibis Yogyakarta—dua tempat yang kini bukan hanya penginapan, tapi juga simbol kemajuan layanan haji yang semakin “hospitalitas sentris”.
Menurut Gus Irfan, Yogyakarta kini memasuki babak baru penyelenggaraan ibadah haji melalui konsep embarkasi hotel, sesuai Keputusan Menhaj RI Nomor 15 Tahun 2025. Keputusan ini menandai sejarah baru: negara akhirnya mengakui bahwa jemaah lebih mudah diatur jika AC dingin dan kasurnya empuk.
“Kami ingin memastikan fasilitas dan layanan untuk jemaah harus sebaik-baiknya,” kata Gus Irfan, sambil—tentu saja—menguji tingkat kenyamanan hotel yang kelak menentukan suasana hati jemaah sebelum berangkat ke Tanah Suci.
Ia menegaskan bahwa pelayanan haji adalah tanggung jawab negara yang melibatkan sinergi pusat–daerah serta pemangku kepentingan. Dalam praktiknya, sinergi ini berarti: semua harus siap, jangan sampai tahun depan jemaah antre di front desk sambil bingung mencari voucher breakfast.
Hotel Ibis dan Novotel YIA disiapkan sebagai fasilitas setara asrama haji dengan standar pelayanan modern.
Lebih dari 200 kamar akan dipakai jemaah dan petugas dengan konfigurasi tiga orang per kamar—sebuah pengingat bahwa kebersamaan tetap wajib, meski tempatnya nyaman.
Ballroom dan 11 ruang pertemuan juga dipersiapkan sebagai pusat layanan, mulai dari kesehatan, dokumentasi, hingga proses pemberangkatan. Atau dalam istilah satirnya: semua akan berlangsung seperti konferensi internasional, hanya saja para pesertanya memakai kain ihram.
Operasional Embarkasi Haji Yogyakarta ditargetkan mulai 2026, melayani jemaah DIY dan sebagian Jawa Tengah. Embarkasi ini diharapkan memangkas jarak, mengurangi kepadatan embarkasi lain, dan mengoptimalkan fungsi Bandara Internasional Yogyakarta—yang selama ini seperti menunggu takdir untuk lebih sibuk.
“Embarkasi ini diharapkan dapat memangkas waktu tempuh dan mengurangi kepadatan,” tandas Gus Irfan, seolah memastikan bahwa perjalanan menuju ibadah suci kini dimulai dari lorong hotel yang wangi.















