Menu

Mode Gelap
KAHMI Resmi Luncurkan Buku Transformasi Birokras Nekat, PLN Diduga Salurkan Listrik ke Tambang Batubara Ilegal di Cibobos Satgas Eksekusi Lahan Grup Astra Agro di Pasangkayu, Kuasa Hukum APSP: Masih Ada yang Lebih Besar, Presiden Harus Tahu Wali Kota Sukabumi Tancap Gas Jalankan Koperasi Merah Putih, Hadirkan Beras dan Minyak Berkualitas Lurah Tapian Nauli Ucapkan Selamat kepada Kedua Mempelai dalam Resepsi Syukuran Pernikahan Pimpinan DPRD Banten Komitmen Anggaran Dukung Program Sekolah Gratis

Pendidikan

P2G Ungkap Hardiknas Momentum Evaluasi Merdeka Mengajar


Keterangan foto : Siswa dan Siswi saat berfoto di depan halaman sekolah, Selasa (2/5/2023) Perbesar

Keterangan foto : Siswa dan Siswi saat berfoto di depan halaman sekolah, Selasa (2/5/2023)

Teropongistana.com Jakarta – Perhimpunan Pendidikan dan Guru sebagai organisasi guru tingkat nasional meminta Pemerintah melakukan pembenahan perbaikan terhadap kualitas pendidikan di tanah air pascapandemi Covid-19. Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2023 harus dijadikan momentum merefleksikan berbagai kebijakan pendidikan baik pusat maupun daerah apakah sudah berdampak positif secara signifikan terhadap kualitas pendidikan, kualitas sumber daya manusia, perluasan akses pendidikan bagi anak-anak Indonesia di setiap daerah, termasuk kualitas dan kesejehteraan guru atau belum.

“Hardiknas 2023 hendaknya dipandang sebagai momen refleksi bersama atas semua kebijakan pendidikan di tanah air, pendidikan kita mau dibawa kemana? Apalagi Pemilu sudah di depan mata, nanti ganti pemerintah ganti kebijakan lagi,” kata Satriwan Salim, Koordinator Nasional P2G.

Ada tujuh catatan kritis dan reflektif P2G pada Hardiknas 2023:

*Pertama*, P2G mendesak Kemdikbudristek serta seluruh pemerintah daerah provinsi, kota/kabupaten melakukan evaluasi secara komprehensif dan objektif terhadap seluruh Episode Merdeka Mengajar yang sudah masuk Episode ke-24 .

“Evaluasi Merdeka Mengajar episode satu sampai dua puluh empat sangat penting, mengingat tahun depan Pemilu dan pergantian pemerintahan. Kami pun menilai sejak dulu ganti menteri pasti ganti kebijakan, jadi tidak ada kontinuitas dalam membangun pendidikan dan guru nasional,” ucap Satriwan.

Jangan sampai hanya berganti merek kebijakan, tapi substansi sesungguhnya sama. Jangan sampai klaim perubahan inovasi pendidikan yang terjadi malah involusi pendidikan.

“Makanya P2G mendesak Kemdikbudristek menuntaskan Peta Jalan Pendidikan Nasional sebagai arah dan tujuan pembangunan pendidikan Indonesia jangka panjang. _Road map_ yang lahir dari pemikiran semua _stakeholders_ secara partisipatif, objektif, dan transparan,” lanjut Satriwan.

Jika pemerintahan Presiden Jokowi dapat melahirkan Peta Jalan Pendidikan Nasional ini akan menjadi warisan yang tak ternilai bagi bangsa Indonesia.

*Kedua*, P2G mendesak komitmen dan profesionalitas Kemdikbudristek, Kemenag, Kemenpan RB, Kemenkeu, Kemendagri, BKN, dan seluruh pemda baik provinsi dan kota/kabupaten dalam melaksanakan perekrutan Guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Persoalan Guru PPPK sekarang menjadi cermin buruk tata kelola guru di tanah air. Indonesia membutuhkan 1,3 juta guru ASN sampai 2024 tapi pemerintah malah merekrut ASN kontrak bernama PPPK. PPPK solusi kekurangan guru jangka pendek. Harusnya pemerintah rekrut guru PNS sebagai solusi jangka panjang. Alasan anggaran jumbo menjadi faktor utama Pemerintah tak lagi rekrut guru PNS. Padahal anggaran pendidikan dalam APBN pun mengalami kenaikan signifikan tiap tahunnya.

Pada 2023 alokasi anggaran pendidikan dalam APBN sebesar 612 triliyun, naik 5,8 persen dari tahun 2022 sebesar 574,9 triliyun.

“Negara alami darurat kekurangan guru ASN, anggaran pendidikan besar pula 612 triliyun, tapi Pemerintah masih enggan merekrut guru PNS, sebuah ambivalensi dalam bersikap,” tegas Satriwan.

Maka jelas bahwa rekrutmen guru ASN PPPK tidak menjawab kebutuhan guru nasional, malah sebaliknya menyisakan persoalan berlarut-larut.

Seleksi guru PPPK sejak 2021 menyisakan ragam persoalan diantaranya: 1) Masih ada 62.645 guru PPPK Prioritas-1 (P-1) yang belum kunjung dapat formasi; 2) Sebanyak 3.043 guru P-1 yang kelulusannya dibatalkan sepihak oleh Kemdikbudristek; 3) Janji Mendikbudristek dan Menpan RB akan angkat 1 juta guru baru terealisasi 550 ribu itu pun PPPK; 4) Guru PPPK yang tak kunjung dibayar gajinya berbulan-bulan bahkan sampai 9 bulan seperti di Serang, Bandar Lampung, dan terbaru guru PPPK di Papua.

“P2G sangat menyangkan buruknya manajemen guru PPPK yang dilakukan pemerintah. Sangat tak masuk akal, guru sudah lulus tes tapi tak kunjung dapat formasi harus menunggu dua tahun lebih. Terus kok bisa yah guru ASN gajinya tak dibayar berbulan-bulan?”, tukas Satriwan.

Satriwan melanjutkan, P2G juga kecewa kepada Pemprov DKI Jakarta yang hanya memberi durasi kontrak guru PPPK hanya 1 tahun. Sedangkan provinsi lain justru mengeluarkan kontrak 5 tahun.

“Profesi Guru masih dipandang remeh oleh pemerintah saat ini. Guru mengabdi bertahun-tahun sebagai honorer, upah jauh di bawah UMK, diangkat jadi ASN tapi malah ga digaji berbulan-bulan. Harapan terjadinya perbaikan nasib malah sebaliknya,” cetus guru SMA ini.

P2G meminta komitmen Pemda membuat kontrak minimal 5 tahun bagi guru PPPK. P2G juga berharap Presiden atau kementerian terkait memberi sanksi tegas bagi pemda yang tidak mengusulkan jumlah formasi guru PPPK secara maksimal sesuai kebutuhan riil di daerah.

“Pemda yang tidak serius mengelola guru PPPK hendaknya disanksi tegas oleh Kemendagri termasuk dari aspek anggaran. Sehingga tak terulang lagi peristiwa memilukan dan memalukan, guru PPPK tak digaji seperti di Bandar Lampung, Serang, dan Papua,” pinta Satriwan.

*Ketiga*, P2G berharap Kemdikbudristek membuat regulasi khusus yang bersifat afirmatif terhadap penyelenggaraan Program Guru Penggerak bagi seluruh daerah yang masuk kategori 3T.

P2G mendapat laporan dari jaringan di daerah seperti dari Kabupaten Kepulauan Sangihe, bahwa guru di sana tidak dapat mengikuti Program Guru Penggerak (PGP) karena akses wilayah kepulauan yang sulit dari segi geografis, transportasi (laut) maupun akses internet. Kebijakan khusus dibuat untuk perluasan akses dan kesempatan bagi semua guru di seluruh wilayah Indonesia secara terbuka dan berkeadilan.

P2G mengapresiasi Kebijakan PGP Angkatan ke-5 dan 9 yang sudah memberikan afirmasi khusus bagi guru di daerah 3T tapi masih terbatas di 15 kota/kabupaten saja.

*Keempat*, Pemanfaatan teknologi pendidikan. Dalam Education Working Group (EDWG) G-20, Indonesia mengajukan pemanfaatan teknologi dalam pendidikan sebagai jalan keluar krisis dan masa pemulihan setelah Covid-19. Optimisme yang dibangun berbanding terbalik dengan keadaan dalam negeri.

_Learning Loss_ tetap terjadi pada anak di Indonesia meskipun kementerian dan berbagai Perusahaan Teknologi Edukasi (Edtech) dalam negeri bergandengan untuk mensukseskan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Menurut Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, Iman Zanatul Haeri, bukannya mengembalikan pembelajaran yang hilang, data anak kita malah ditambang oleh Edtech.

“Human Right Watch (HRW) mencatat bahwa 164 Edtech di dunia melanggar privasi anak, termasuk di Indonesia. Selama pandemik Edtech justru melakukan praktik menambang data anak,” ungkap guru SMA ini.

Di sisi lain, guru menghadapi kesenjangan digital, surplus pelatihan, kelebihan beban administrasi yang dituntut oleh aplikasi dari kementerian serta tuntutan untuk membuat konten digital.

“Penambangan data juga terjadi pada guru. Beragam pelatihan digital serta kurikulum merdeka justru diinisiasi Edtech yang merasa lebih memahami kurikulum merdeka,” lanjut Iman.

Di Jakarta, Dinas Pendidikan bekerjasama dengan salah satu platform swasta yang mewajibkan guru, orang tua, siswa dan sekolah mengisi modul. Dalam modul tersebut sejumlah pertanyaan adalah data pribadi dan data lain yang bisa digunakan untuk memetakan prilaku seseorang (konsumen).

Belum lagi, karena ketidakmampuan kementerian membangun data awan _(cloud)_ yang berdaulat, kementerian membuat kebijakan akun belajar yang sebenarnya adalah paket layanan dari google yang bisa menyerap semua data dari dinas pendidikan, sekolah, siswa, guru bahkan aktivitas mereka.

Disisi lain, Platform Merdeka Mengajar (PMM) ala Kemdikbudristek telah menjadi produk layanan yang dikampanyekan sangat masif. Di lapangan guru-guru selalu ditekan sekolah, pengawas dan dinas pendidikan agar segera menginstal aplikasi tersebut. Bahkan dilakukan pengecekan oleh Dinas Pendidikan terhadap sekolah dan guru, sehingga terdata bagi guru yang tidak menginstal dan mengerjakan tumpukan tugas di dalamnya.

Sementara itu, aplikasi ini menjadi kurang berguna bagi guru yang tidak memiliki gawai memadai, dan di pelosok yang minim listrik dan nirkoneksi internet.

“Dulu guru dibebani administrasi, sekarang dibebani aplikasi. Ternyata aplikasi tidak menyederhanakan dan memudahkan tugas guru,” cetus Iman.

Sangat disayangkan apabila jumlah angka penginstal aplikasi ditargetkan sebagai capaian keberhasilan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) melalui PMM oleh Kemdikbudristek.

“Kami menilai beragam aplikasi dari kementerian tersebut belum menjawab janji efesiensi dalam digitalisasi pendidikan,” ungkap Iman yang juga mengisi modul aplikasi tersebut.

Masifnya penggunaan platform dalam pendidikan juga harus diantisipasi karena melahirkan _Artificial Intelligence_ (AI) yang dibuat dengan logaritma yang menguntungkan pembuatnya.

P2G meminta pemerintah perlu membuat protokol _AI for Education_ (AIED) seperti yang dilakukan di Uni Eropa. Berisi batasan etis, privasi, potensi lahirnya bias, dan pengutamaan hak yang berkeadilan dalam pendidikan.

“Kontrol AI dalam Pendidikan akan semakin besar. Protokol AIED harus segera dibuat pemerintah, agar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, bukan tujuan komersil pembuat Platform,” tambah Iman.

*Kelima*, P2G mengapresiasi lahirnya UU Nomor Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual dan Peraturan Menteri Agama Nomor 73 Tahun 2022 Tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Satuan Pendidikan Pada Kementerian Agama.

Sebenarnya di lingkungan sekolah sudah ada Permendikbudristek Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan di Sekolah tapi masih menjadi macan kertas. Sekolah pada umumnya tak melaksanakan regulasi ini.

Agar aturan di atas lebih implementatif di lapangan, P2G meminta Kemdikbudristek bersama-sama Kemenag, Kemendagri, Kemen PPPA, Kemenkominfo, dan Polri bersinergi membentuk _Task Force_ (Satuan Tugas Bersama) Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan di Satuan Pendidikan.

“Gugus Tugas ini sangat urgen melakukan pembimbingan, pembinaan, pengawasan, monitoring, evaluasi terkait pencegahan dan penanggulangan kekerasan di satuan pendidikan,” kata Feriansyah, Kepala Bidang Litbang Pendidikan P2G.

Feriansyah melanjutkan, agar pendataan dan peengawasan kekerasan di satuan pendidikan berjalan simultan dan terintegrasi, P2G meminta Pemerintah (Kemendikbudristek, Kemen PPPA, Kemenag, dll) membuat sistem informasi data kekerasan anak di satuan pendidikan serta langkah penanggulangannya. Sistem informasi dan statistik dibuat secara berkelanjutan dan akurat dengan rincian kasus per kasus di daerah.

*Keenam*, merespon tahun 2023 ini adalah tahun politik menghadapi Pemilu 2024 nanti, P2G mendesak agar guru dan organisasi guru tidak terjebak kepada politik praktis apalagi membawa peserta didik, warga sekolah, madrasah, satuan pendidikan terjebak dalam kampanye politik praktis.

“Satuan pendidikan harus netral dan bersih dari politik elektoral seperti kampanye. Organisasi guru dan guru pada khususnya harus bersikap cerdas dan bijak dalam menghadapi tahun Pemilu,” lanjut Feriansyah.

“P2G juga mengimbau siapapun tidak boleh membawa atau mengklaim bahwa guru memilih Calon Presiden tertentu. Organisasi guru jangan mempolitisasi guru, memobilisasinya dalam kampanye menjadi _vote getter_ misalnya,” pinta Feriansyah.

P2G meminta organisasi guru yang jumlahnya puluhan untuk mengawasi kualitas proses Pemilu demi terwujudnya Pemilu yang LUBER dan JURDIL.

*Ketujuh*, P2G meminta Kemdikbudristek membuka kembali ruang dialog berkualitas dengan asas partisipasi yang bermakna dalam proses perancangan RUU SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL.

P2G melihat pascaditolaknya RUU Sisdiknas, Kemdikbudristek tidak pernah lagi membuka ruang dialog kepada semua stakeholders pendidikan.

P2G sebenarnya mendukung revisi UU Sisdiknas yang lama, tetapi harus ada pelibatan semua pemangku kepentingan. Dan tidak merugikan hak-hak guru sebab UU Guru dan Dosen yang sekarang sedemikian ideal mengatur hak guru meskipun lemah dalam implementasi.

“P2G berharap adanya partisipasi yang bermakna. RUU Sisdiknas hendaknya lahir dari pikiran seluruh komponen bangsa untuk jangka panjang, bukan dari satu atau dua kelompok saja,” pungkas Feriansyah.

Baca Lainnya

SMP Negeri 1 Kemang Raih Juara Satu Karate Tingkat Kecamatan

7 Mei 2025 - 12:35 WIB

Smp Negeri 1 Kemang Raih Juara Satu Karate Tingkat Kecamatan Harumkan Sekolah, Nurul Rahayu Sabet Juara 1 Karate Tingkat Kecamatan Kemang Bogor - Siswi Dari Smp Negeri 1 Kemang Berhasil Menyabet Juara Pertama Dalam Ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2Sn) Karate Tingkat Kecamatan. Prestasi Tersebut Diraih Oleh Nurul Rahayu Priatna, Selasa (6/5/2025) Kepala Smp Negeri 1 Kemang Dr Dini Murniati Spd,Mpd Mengucapkan Selamat Atas Prestasi Yang Diraih Oleh Siswi Nurul Rahayu Priatna Karena Telah Mengharumkan Nama Sekolah Di Tingkat Kecamatan. Kata (Sebut Nama Kepala Sekolah), Dia Sangat Berharap Prestasi Ini Bisa Diteruskan Ke Tingkat Yang Lebih Tinggi Yaitu Kabupaten. &Quot;Harapanya Bisa Terus Juara Di Tingkat Kabupaten, Provinsi Dan Nasional. Sehingga Prestasi Yang Diraih Bisa Menjadi Motivasi Siswa Lain Yang Ada Di Smp Negeri 1 Kemang,&Quot; Kata Kepala Sekolah Smp Negeri 1 Kemang. “Alhamdulillah Anak Kami Nurul Dari Kelas 7,5 Sudah Mengukir Prestasi Dalam Ajang Karate Dengan Meraih Juara 1 Karate Kategori Kata Perorangan Putri Pada O2Sn Tingkat Kecamatan Kemang, Ini Sangat Membanggakan, Sehingga Smp Negeri 1 Kemang Dikenal Lebih Luas. Dan Kami Dari Pihak Smp Negeri 1 Kemang Memberikan Apresiasi Untuk Nurul Agar Lebih Semangat Untuk Mengukir Prestasi,” Tambah Kepala Sekolah. Dalam Kesempatan Yang Sama, Wali Kelas 7,5 Smp Negeri 1 Kemang Afif Berpesan Agar Nurul Rahayu Terus Berlatih Agar Keberhasilan Ini Berlanjut Ke Jenjang Yang Lebih Tinggi Sampai Ke Tingkat Provinsi. Karena Kata Afif, Mempertahankan Lebih Sulit Dari Pada Mendapatkan. &Quot;Kami Mewakili Seluruh Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Smp Negeri 1 Kemang Berharap Di Tingkat Kabupaten, Provinsi Bahkan Nasional, Nurul Bisa Terus Menjadi Juara,&Quot; Ucap Afif Dengan Penuh Harapan. Afif Menyebut Bahwa Siswa Kelas 7,5 Merasa Bangga Atas Pencapaian Nurul Karena Bukan Hanya Mengharumkan Nama Kelas 7,5. Tapi Kaga Afif Mengharumkan Nama Smp Negeri 1 Kemang Di Tingkat Kecamatan. “Saya Berharap Ananda Nurul Bisa Melaju Ke Tingkat Provinsi, Nasional Dan Juara. Karena Bukan Hanya Mengharumkan Smpn1 Kemang Saja Tetapi Juga Mengharumkan Nama Kabupaten Bogor,” Ujar Afif.(Dyt)

Ketua AFI DKJ Sosialisasikan Floorball di SMPN 268 Halim

24 April 2025 - 01:51 WIB

Jakarta, ---- Ketua Asosiasi Floorball Indonesia (Afi) Provinsi Dkj Dr. Misbah Fikrianto Melakukan Sosialisasi Cabang Olah Raga Tersebut Di Smpn 268 Halim Jakarta Timur, Rabu, 23 April 2025. Sosialisasi Melibatkan Berbagai Unsur, Diantaranya, Manajemen Sekolah, Asosiasi Floorball, Klub Rocket Floorball, Ekskul Floorball Smpn 51, Pelatih, Orang Tua, Dan Guru Olahraga. Menurut Misbah, Cabang Olah Floorball Semakin Diminati Generasi Muda, Terutama Pelajar Dan Mahasiswa. Beberapa Sekolah Di Dkj Sudah Menjadikan Floorball Sebagai Olahraga Ekstrakurikulernya. “Upaya Pengembangan Dan Pemasalan Cabang Olahraga Floorball Terus Kami Lakukan. Kali Ini Di Smpn 268 Halim. Alhamdulillah Antusiasme Pelajar Di Sini Cukup Tinggi,” Tutur Misbah. Dalam Melakukan Sosialisasi Tersebut, Misbah Melanjutkan, Afi Provinsi Dkj Berkolaborasi Dengan Berbagai Pihak Sehingga Floorball Menjadi Cabang Olahraga Prestasi Yang Semakin Meluas Dan Diminati. Sementara Itu Wakil Kepala Sekolah Smpn 268 Jafar Shodiq Sahrudin, S.pd Mengatakan Peluang Floorball Menjadi Salah Satu Pilihan Ekstrakurikuler Di Sekolahnya Terbuka Luas Karena Antusiasme Pelajarnya Cukup Tinggi. “Smpn 268 Sangat Berminat Untuk Mengembangkan Olahraga Floorball Ini Dan Menjadi Sebagai Pilihan Ekstrakurikuler. Saya Melihat Antusiasme Siswa Kami Cukup Tinggi,” Tutur Jafar. Hal Sama Juga Dikatakan Guru Olah Raga Smpn 268 Ade Firmanto. “Minat Siswa Tinggi Sekali Padahal Cabang Cabang Olah Raga Ini Baru Diperkenalkan,” Tuturnya. Berkelanjutan Lebih Jauh Ketua Afi Provinsi Dki Dr. Misbah Fikrianto Mengatakan Kegiatan Sosialisasi Dan Latihan Ini Menjadi Terbuka Dan Berkelanjutan, Sesuai Dengan Minat Dan Peluang Yang Ada. Beberapa Sekolah Yang Sudah Dilakukan Sosialisasi, Diantaranya: Smpn 9 Bekasi, Sdit Al Amal, Dan Lainnya. Ia Berharap Kolaborasi Dan Pengembangan Olahraga Floorball Lebih Cepat Dan Terbuka. “Mari Kita Jadikan Floorball Sebagai Cabang Olahraga Prestasi Di Indonesia Dan Asia Tenggara,” Ajaknya. Sebagai Informasi, Lanjut Misbah, Afi Akan Menyelenggarakan Kejuaraan Antar Pelajar Floorball Tahun 2025 Pada Bulan Mei 2025. “Ayo Kita Ikuti Dan Dukung Pelajar Di Indonesia Melalui Pertandingan Floorball,” Tutupnya.

Keren Banget …! Dokter Cantik Lulusan Madrasah Aliyah Negri Asahan

16 April 2025 - 21:52 WIB

Asahan --- Perjalanan Meraih Impian Sering Kali Melewati Banyak Rintangan Dan Berhasil Mewujudkannya Adalah Sesuatu Pencapaian Yang Luar Biasa Membanggakan. Itulah Yang Dirasakan Gadis Cantik Bernama Dara Ayu Panjaitan Yang Berhasil Mewujudkan Mimpinya Sejak Kecil Menjadi Dokter Dan Kini Siap Mengabdikan Diri Kepada Masyarakat. Dr. Dara Ayu Panjaitan Dulunya Adalah Salah Satu Peserta Didik Terbaik Lulusan Madrasah Aliyah Negeri (Man) Asahan. Dr. Dara Lulus Dari Man Asahan Pada 2018. Semasa Mengenyam Pendidikan Di Man Asahan, Ia Adalah Peserta Didik Yang Berprestasi Dengan Raihan Juara Umum 1 Di Setiap Semesternya Sejak Kelas X Sampai Dengan Kelas Xii. Dr. Dara Juga Pernah Meraih Juara 1 Kompetisi Sains Madrasah Tingkat Kabupaten Asahan. Kepada Humas, Rabu (16/4/2025), Dr. Dara Berbagi Cerita Bahwa Menjadi Dokter Adalah Cita-Citanya Sedari Kecil. Sejak Duduk Dibangku Madrasah Ibtidaiyah, Ia Aktif Mengikuti Organisasi Ekstrakurikuler Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Yakni Dokter Cilik, Kemudian Dibangku Madrasah Tsanawiyah Dan Madrasah Aliyah Ia Aktif Mengikuti Organisasi Palang Merah Remaja (Pmr). Dr. Dara Menceritakan Pengalamannya Dalam Memilih Jurusan Dan Universitas Setelah Lulus Man Asahan. Setelah Berdiskusi Dengan Orangtua, Dr. Dara Mantab Dengan Pilihannya Yaitu Fakultas Kedokteran Di Universitas Sumatera Utara. “Waktu Itu Orangtua Saya Tetap Mendukung Atas Apa Yang Saya Ingingkan, Namun Pilihannya Harus Tetap Di Sumatera Utara. Akhirnya Saya Putuskan Untuk Memilih Fakultas Kedokteran Usu,” Ucapnya. Untuk Melanjutkan Pendidikan Di Fakultas Kedokteran Tanpa Ada Dukungan Biaya Yang Mapan Hanyalah Sebuah Harapan. Di Situlah Dr. Dara Mulai Berpikir Jika Kuliah Di Fakultas Kedokteran Membutuhkan Biaya Yang Tidak Sedikit, Apalagi Saat Itu Keluarganya Sedang Menghadapi Masa Sulit. Ditambah Lagi Sang Ayah Mengalami Kecelakaan Yang Mengakibatkan Kaki Sang Ayah Patah, Setelah Ditabrak Lari Oleh Remaja Yang Mabuk Sambil Membawa Sepeda Motor. Tidak Berputus Asa, Dr. Dara Saat Itu Mulai Mencari-Cari Informasi Tentang Beasiswa Bidikmisi. Dengan Tekad Kuat Serta Dukungan Dari Orangtuanya, Ia Pun Mencoba Untuk Masuk Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (Fk Usu) Melalui Jalur Snmptn Dan Mendaftar Bidikmisi. Awalnya Dr. Dara Sempat Berkecil Hati, Mengingat Pilihannya Merupakan Jalur Yang Sulit Dan Mengingat Riwayat Kakak Kelasnya Di Man Asahan Terdahulu Sudah Lama Tidak Ada Yang Memilih Fakultas Kedokteran. Sehingga, Ia Pun Pasrah Dengan Hasilnya. Berkat Doa Orangtua Dan Atas Segala Usaha Yang Telah Dilakukanya, Akhirnya Dr. Dara Saat Itu Dinyatakan Lulus Snmptn Di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dengan Beasiswa Bidikmisi. &Quot;Saat Dinyatakan Lulus Itu Rasanya Seperti Mimpi, Seakan Tidak Percaya. Pastinya Sangat Terharu Sekali, Alhamdulillah Allah Telah Mengabulkan Doa-Doa Kami,&Quot; Kenangnya. Diterima Masuk Fakultas Kedokteran Usu, Dr. Dara Merasa Bahwa Mimpinya Saat Itu Mulai Terwujud. Namun, Saat Memasuki Masa Kuliah Ternyata Benar-Benar Banyak Rintangan Yang Harus Ia Jalani. Beradaptasi Dengan Cara Belajar Dengan Materi-Materi Yang Melelahkan Dan Jadwal Yang Cukup Padat Ditambah Lagi Ada Ujian Yang Harus Diikuti Disetiap Bulannya. “Kalau Merasa Capek Mungkin Iya, Sebab Semester Awal Jadwal Cukup Padat, Ada Praktikum, Tutorial, Kelas Materi, Skill Lab, Ditambah Ujian Yang Setiap Bulan Ada, Memang Harus Adaptasi Dulu. Dan Di Saat Sudah Bisa Beradaptasi, Di Semester Tiga Malah Masuk Masa-Masa Covid, Dan Belajar Secara Daring Kurang Menyenangkan Menurut Saya,” Ujarnya. Tahun Demi Tahun Dilalui Dengan Berbagai Tantangannya Berhasil Dilewati Dr. Dara, Semua Itu Tidak Lepas Dari Motivasinya Untuk Membanggakan Kedua Orangtua. Ia Pun Sukses Meraih Gelar Sarjana Kedokterannya Pada Januari 2022. “Alhamdulillah Satu Tahap Ini Sudah Saya Lewati Penuh Dengan Lika-Likunya, Itu Semua Atas Doa-Doa Orangtua Saya Yang Tak Pernah Putus Untuk Anak Perempuannya Ini,” Ujar Dr. Dara Melanjutkan. Berhasil Meraih Gelar Sarjana Kedokteran, Dr. Dara Lanjut Mengikuti Koas (Co-Assistant) Di Rsu Universitas Sumatera Utara Dan Rsup H. Adam Malik Medan Selama 2 Tahun. Kemudian Untuk Meraih Gelar Dokternya, Dr. Dara Harus Mengikuti Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (Ukmppd) Yang Digelar Pada Bulan Agustus 2024 Dan Hasilnya Nama Dara Ayu Panjaitan Pun Dinyatakan Lulus. “Pengumuman Kelulusannya Saat Itu Diumumkan Pada Bulan September 2024. Alhamdulillah Saya Lulus Oneshot, Alhamdulillah Juga Akhirnya Cita-Cita Saya Terwujud Dan Telah Sah Meraih Gelar Dokter,” Ucap Dr. Dara Penuh Syukur. Dan Saat Ini Dr. Dara Ayu Panjaitan Sedang Penempatan Program Internship Di Rsud Bekasi Dan Di Puskesmas Lambangsari Di Kabupaten Bekasi. Ditengah Keberhasilannya Itu, Dr. Dara Tidak Lupa Menyampaikan Rasa Terima Kasih Kepada Segenap Bapak Dan Ibu Gurunya Di Man Asahan Yang Telah Memberikan Ilmu Yang Sangat Berarti Dan Dukungannya Dalam Meraih Prestasi. “Terima Kasih Atas Ilmu Yang Diberikan, Bantuan Dan Dukungan Yang Telah Diberikan Selama Saya Di Man Asahan. Saya Doakan Semoga Bapak Dan Ibu Guru Di Man Asahan Selalu Dalam Perlindungan Allah Swt Dan Dapat Terus Mencetak Generasi Berprestasi Ke Depannya”, Ucapnya. Dr. Dara Menceritakan Kisah Perjalanannya Ini Untuk Mengajarkan Arti Dari Sebuah Proses Perjuangan Meraih Impian, Meskipun Kadang Itu Terasa Sulit Untuk Diraih, Jangan Pernah Menyerah Pada Mimpi. “Orang Yang Memiliki Mimpi Akan Lebih Sukses Daripada Orang Tidak Memiliki Mimpi, Karena Orang Yang Mempunyai Mimpi Akan Lebih Terarah Dalam Meraih Tujuannya”, Katanya Penuh Semangat.
Trending di Pendidikan