Teropongistana.com Jakarta – Desakan agar Bahlil Lahadalia mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Golkar semakin menguat. Salah satu suara lantang datang dari kader muda partai, Rafik Perkasa Alam, yang menilai berbagai kontroversi yang melibatkan Bahlil telah merugikan citra Golkar.
Ia menekankan bahwa kepemimpinan Bahlil tidak hanya menimbulkan kegaduhan internal, tetapi juga berpotensi melemahkan kepercayaan publik terhadap partai berlambang pohon beringin tersebut. Menurut Rafik, sejak awal proses pemilihan Bahlil sebagai Ketua Umum Golkar sudah bermasalah karena dinilai melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai.
“Sejak awal, proses terpilihnya Bahlil sebagai Ketua Umum Partai Golkar sudah bermasalah karena dianggap melanggar AD/ART partai,” ujar Rafik, di Jakarta, Kamis (6/2/2025).
Kontroversi semakin meruncing dengan sejumlah pernyataan dan kebijakan yang dikeluarkan Bahlil, termasuk pidato politiknya yang menyinggung “Hati-hati dengan Raja Jawa” saat pelantikannya. Selain itu, ia juga disorot karena memperoleh gelar doktor dari Universitas Indonesia dalam waktu 3,5 tahun, sesuatu yang dinilai tidak lazim dan menimbulkan pertanyaan.
Tak hanya itu, Rafik mengkritik komposisi kepengurusan DPP Golkar di bawah kepemimpinan Bahlil yang masih melibatkan individu dengan rekam jejak kontroversial, termasuk mantan narapidana kasus korupsi dan amoral. Menurutnya, hal ini bertentangan dengan semangat reformasi yang seharusnya dijalankan oleh partai.
Di luar dinamika internal partai, kebijakan Bahlil sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga tak luput dari sorotan. Salah satunya adalah perubahan regulasi terkait gas subsidi yang dinilai dilakukan tanpa kajian mendalam dan sosialisasi yang memadai.
Rafik bahkan menduga bahwa kebijakan ini justru berpotensi merugikan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam 100 hari pertamanya, seolah-olah menjadi langkah yang melemahkan stabilitas pemerintahan.
“Hal-hal kontroversial yang dilakukan Bahlil sudah sangat mencoreng marwah Partai Golkar. Sudah seharusnya ia mengundurkan diri. Masih banyak kader yang lebih layak memimpin partai ini, seperti Adies Kadir, Anindya Bakrie, Tommy Soeharto, Airlangga Hartarto, atau Lodewijk Freidrich Paulus,” tegas Rafik.
Ia menegaskan bahwa Partai Golkar harus kembali kepada jati dirinya, yakni bekerja demi kepentingan rakyat dan menjaga integritas partai. “Golkar harus kembali pada prinsipnya, bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan,” pungkasnya.