Menu

Mode Gelap
SOKSI Jakarta Timur Gelar Musyawarah Cabang Luar Biasa, Teguhkan Konsolidasi dan Soliditas Organisasi Di Antara Kopi dan Ketakutan: Festival Film Horor 2025 Membaca Arah Sinema Horor Nasional Camelia Petir Tekankan Kekompakan di Puncak HUT ke-1 dan Seminar Nasional Perkuat Organisasi, FWS Sukseskan Rapat Konsolidasi Kepengurusan Kader Pemuda Katolik Bali Cetuskan Teori PARADIXIA Sebagai Dasar Tata Kelola AI Indonesia Menag Dorong Papua Barat Daya Jadi Teladan Kerukunan Antarumat

Politik

Direktur Eksekutif P3S Soroti Narasi DPR dan Tunjangan Rp50 Juta


Foto (red). Perbesar

Foto (red).

Teropongistana.com Jakarta — Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie, menilai Gerindra cepat merespons tuntutan massa aksi terkait polemik tunjangan Rp50 juta bagi anggota DPR. Ia mengapresiasi pernyataan Wakil Ketua DPR, Prof. Sufmi Dasco Ahmad, yang menegaskan bahwa tunjangan tersebut hanya berlaku hingga Oktober 2025.

“Pernyataan Dasco mencerminkan keberpihakan pada kaum marjinal. Saya kira Prabowo pun demikian, peka terhadap kondisi lapangan. Apalagi rakyat saat ini tengah dalam keterpurukan akibat ekonomi yang karut-marut,” ujar Jerry, Kamis (28/8).

Namun, Jerry mengkritik keras pernyataan anggota DPR dari Fraksi NasDem, Ahmad Sahroni, yang mengusulkan DPR dibubarkan orang tolol sedunia. Ia menyebut narasi tersebut tidak logis dan berbahaya.

“Menurut saya, narasi dari Ahmad Sahroni itu sangat berbahaya dan melukai hati rakyat. Ini narasi sampah dan irasional. Harusnya ia lebih cerdas dan bijak dalam menyampaikan pesan. Rakyat lagi terluka, jangan tambah luka,” tegasnya.

Jerry menambahkan, seorang wakil rakyat harus memahami psikologi publik. Ia mencontohkan, ucapan bisa berdampak besar layaknya “lidah tak bertulang” yang bahkan bisa “membakar hutan belantara”.

Selain Sahroni, Jerry juga menyoroti aksi anggota DPR Eko Patrio dan Uya Kuya yang viral karena berjoget. Menurutnya, hal itu justru menambah kekecewaan publik.

“Memangnya DPR klub malam? Kalau mau joget dan menari, sepuasnya saja tapi jangan dipublikasikan. Seharusnya anggota DPR lebih banyak mendengar aspirasi rakyat. Ingat, mereka digaji dari pajak rakyat,” ujarnya.

Jerry mengingatkan bahwa sejarah pernah mencatat pembubaran DPR di era Presiden Soekarno dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Menurutnya, anggota DPR semestinya mencontoh gaya komunikasi Sufmi Dasco, Ketua DPR Puan Maharani, dan Saan Mustopa yang lebih terbuka terhadap kritik publik.

Baca Lainnya

Camelia Petir Tekankan Kekompakan di Puncak HUT ke-1 dan Seminar Nasional

14 Desember 2025 - 12:55 WIB

Camelia Petir Tekankan Kekompakan Di Puncak Hut Ke-1 Dan Seminar Nasional

Pengamat Ungkap Sinyal Parpol Lain Agar Nyalakan Lampu Sen

10 Desember 2025 - 09:06 WIB

Dugaan Musda Golkar Dpd Hanya Seremonial, Keputusan Ada Di Ujung Telunjuk Bahlil?

MUI Dukung Seruan Muhaimin: Korban Bencana Bukti Kelalaian Struktural Pejabat Publik

6 Desember 2025 - 22:42 WIB

Majelis Ulama Indonesia
Trending di Politik