Teropongistana.com JAKARTA – Di tengah hiruk pikuknya pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang banyak menimbulkan berbagai persoalan, termasuk banyaknya kasus siswa yang keracunan, ternyata ada sosok perempuan tangguh yang telah melaksanakan program MBG dengan konsep dapur sekolah.
Apa dan bagaimana, Britania Sari demikian pemilik nama yang telah melaksanakan program MBG dengan konsep dapur sekolah, tersebut.
Sosok Britania Sari sudah tidak asing, khususnya bagi para pelaku urban farming Sejak awal Agustus 2025 ia melakukan program pendampingan makan siang sekolah, di salah satu sekolah untuk jenjang SMP, tepatnya SMP Muhammadiyah 5, Ngupit, Klaten, Jawa Tengah.
Di sekolah ini, lanjut Britania Sari, siswa membayar uang makan siang Rp.7.000,- lalu dana tersebut dikelola oleh kantin sekolah untuk penyediaan makan siang siswa dan guru.
“Kami mensuport protein hewani dan buah-buahan untuk makan siang siswa. Kami berkolaborasi dengan relawan lokal, Mba Eny, mencari buah-buahan lokal di pasar tradisional dan peternak di dekat sekolah,” jelas co Wonder Ketumbang Workshop.
Selanjutnya, makanan yang dibuat oleh ibu kantin sekolah bervariasi setiap harinya, ada soto ayam, nasi kuning. Suwir ayam, lalapan, gudeg, semur telur, sayur labu, mie tektek telur, dan lain sebagainya. Disajikan dalam kondisi matang, hangat dan segar. Menu dirancang menyesuaikan dengan makanan khas daerah.
Menurut Britania, makan siang sekolah yang dikelola kantin adalah salah satu alternatif yang bisa dipilih untuk penyediaan menu makan sehat untuk siswa yang melibatkan orang tua siswa, masyarakat dan pengelola kantin. Adapun bahan pangan dibeli dari pedagang dan peternak di sekitar sekolah.
Untuk sekolah yang masih memiliki lahan hijau, bisa dibantu, disuport dengan kebun sayur, sehingga makan siang berasal dari kebun yang letaknya dekat dengan dapur dan dapat disediakan area mengompos, dimana hasil panen komposnya dapat menutrisi tanaman di kebun. Jika memungkinkan bisa ditambahkan kandang ayam semi umbaran yang dapat menghasilkan telur dan daging ayam.
Seperti inilah seharusnya program MBG yang kita bayangkan pada awalnya, dikelola oleh sekolah dengan memikirkan keterlibatan semua pihak di sekolah tersebut. Mulai dari guru, siswa dan kantin yang sudah ada, sedangkan menu makanan lokal yang tidak kalah bergizi, menggunakan bahan pangan yang tersedia disekitar sekolah, selain itu wali murid yang bergiliran jadwalnya untuk membantu.
Britania Sari adalah seorang wanita inspiratif yang memulai Gerakan ketahanan pangan dari halaman rumahnya, juga menciptakan Kebun Atqiya di daerah Bogor untuk memenuhi kebutuhan pangan sehat dan mengajarkan pentingnya mencintai lingkungan kepada anak-anak, melalui kombinasi berkebun dan beternak ayam secara organik, mulai berkebun sejak tahun 2014 secara otodidak.
Hal yang sama dikemukakan oleh Fadhil As Mubarok, Chairman of Mubarok Institute yang menegaskan bahwa Dapur Sekolah bisa menjadi salah alternatif solusi atas persoalan yang muncul dalam program MBG.
Yang jelas, lanjut Mubarok, dengan Dapur Sekolah bisa menghemat banyak anggaran, terhindar dari keracunan serta masyarakat sekitar bisa ikut menikmati.