Teropongistana.com Jakarta – Partai Golongan Karya (Golkar) kembali diguncang isu internal yang mengarah pada potensi dualisme kepengurusan. Desakan agar Ketua Umum Bahlil Lahadalia mundur dari jabatannya semakin menguat, seiring munculnya kritik dari berbagai elemen internal partai, 10 Mei 2025.
Desakan tersebut mencuat melalui berbagai saluran komunikasi internal, termasuk grup WhatsApp kader dan forum-forum diskusi tertutup partai berlambang pohon beringin itu.
Menurut seorang sumber internal yang enggan disebutkan namanya, sejumlah kader menilai Bahlil gagal merangkul keberagaman pandangan di dalam tubuh Golkar. Ia dituding hanya mengakomodasi kelompok dekatnya, sehingga menimbulkan kecemburuan dan perpecahan di kalangan pengurus lainnya.
Selain itu, sorotan tajam juga diarahkan kepada keberadaan dua mantan narapidana kasus korupsi yang kini menempati posisi strategis di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar. Hal ini dinilai semakin mencoreng citra partai di mata publik.
Sumber yang sama mengungkapkan bahwa saat ini telah muncul beberapa kandidat muda yang siap menggantikan posisi Bahlil. “Golkar membutuhkan sosok baru yang muda dan kuat secara politik untuk menyelamatkan partai dari kemunduran,” ujarnya.
Sebanyak 32 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) di berbagai wilayah Indonesia disebut telah menyatakan kesiapan untuk melakukan perlawanan politik terhadap kepemimpinan Bahlil. Salah satu alasan utamanya adalah melemahnya posisi Golkar di pemerintahan dan kekalahan di sejumlah daerah strategis, termasuk pada Pilkada Banten. Padahal, Banten selama ini dikenal sebagai salah satu basis kekuatan tradisional partai.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari Bahlil Lahadalia maupun DPP Partai Golkar terkait isu tersebut.