Teropongistana.com Jakarta – Informasi yang diterima dari sumber internal menyebutkan bahwa Menteri Investasi Bahlil Lahadalia tengah melakukan gerakan gerilya politik bersama DPP Partai Golkar. Langkah ini diduga sebagai bagian dari upaya menguatkan akar rumput untuk memperkuat gerakan politik yang masih mengatasnamakan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sinyal tersebut muncul seiring keterlibatan sejumlah tim relawan Jokowi dalam berbagai kegiatan sosial dan ekonomi yang dibungkus dalam program-program formal. Menurut sumber yang enggan disebutkan namanya, gerakan ini bersifat senyap namun sistematis.
“Gerakannya sangat halus, sehalus sutra. Semua dikemas agar kekuasaan hari ini tidak mencium bau amis pergerakan tersebut,” ungkapnya Jakarta 16 Juli 2026.
Dugaan ini diperkuat oleh sikap Partai Golkar yang menjadi salah satu pihak paling vokal menolak wacana pemakzulan Wakil Presiden. Banyak pihak menilai bahwa ini bukan sekadar sikap politik biasa, melainkan sinyal dukungan terselubung untuk mempertahankan pengaruh politik Jokowi di tengah pemerintahan yang baru.
Tidak hanya itu, kedekatan kader Golkar dengan orang-orang lingkar dalam Jokowi pun makin terlihat. Salah satunya adalah kedekatan dengan Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Pro Jokowi (Projo), organisasi relawan besar pendukung Jokowi.
Di sisi lain, kekhawatiran mulai muncul terkait gerakan ini yang dianggap membelakangi kepentingan pemerintahan presiden terpilih, Prabowo Subianto.
Aang Hunaepi, seorang penggiat lingkungan yang juga mengamati dinamika politik nasional, menilai ada ancaman serius di balik gerakan tersebut.
“Presiden Prabowo dan orang-orang di sekitarnya harus sangat berhati-hati. Jangan sampai kecolongan dan menyesal di akhir, karena kekuatan jaringan mereka bisa lebih besar dari kekuasaan itu sendiri,” ujar Aang.
Belum ada klarifikasi resmi dari Bahlil Lahadalia maupun dari DPP Partai Golkar terkait tudingan ini. Namun, dinamika politik yang berkembang menunjukkan bahwa pertarungan pengaruh antar-kelompok elite belum sepenuhnya usai, bahkan setelah masa pemerintahan berganti.