Teropongistana.com Jakarta – Desakan untuk menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar mulai mencuat. Peletupnya adalah kader senior Golkar asal Jawa Timur, Ridwan Hisjam, yang menilai Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia kurang fokus mengurus partai.
Menurut Ridwan, Bahlil lebih sibuk menjalankan tugas sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sehingga elektabilitas Golkar menurun, terutama di tingkat akar rumput. “Suara Beringin di desa-desa dan kampung-kampung menurun.
Kader di lapangan mendesak munaslub untuk mengganti Bahlil,” kata Ridwan, menyebut nama-nama seperti Agus Gumiwang Kartasasmita dan Bambang Soesatyo sebagai kandidat pengganti.
Bahlil sebelumnya membantah adanya desakan munaslub. Ia mengklaim partai justru sedang solid mendukung pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Namun, Ridwan menilai bantahan itu hanya pernyataan normatif, mengingat hal serupa pernah diucapkan Airlangga Hartarto sebelum akhirnya digantikan Bahlil tahun lalu.
Golkar selama ini dikenal sebagai partai yang sukses melakukan kaderisasi, sehingga hampir semua kader berpeluang menjadi ketua umum. Berbeda dengan partai lain yang mengandalkan kepemimpinan karismatik atau warisan politik keluarga.
Munaslub sendiri bukan hal asing di Golkar. Bahkan, sejarah mencatat partai ini pernah mengalami dualisme kepemimpinan seperti pada era Aburizal Bakrie dan Agung Laksono. Kini, bola panas Munaslub tinggal menunggu sikap Dewan Pengurus Daerah (DPD) I dan DPD II, serta organisasi sayap partai.
Jika dukungan mengalir, desakan tersebut berpotensi menjadi “bola salju” yang sulit dibendung. Apalagi, beredar kabar bahwa Bahlil sudah tidak lagi mendapat dukungan penuh dari Istana karena dinilai lebih loyal kepada Presiden Joko Widodo daripada Presiden Prabowo Subianto.
Situasi internal Golkar pun kini diibaratkan “api dalam sekam” di permukaan tampak tenang, tetapi di dalamnya menyimpan bara yang sewaktu-waktu bisa meledak dan menjatuhkan sang ketua umum.