Menu

Mode Gelap
CBA Desak Presiden Copot Kepala OJK, Soroti Gagalnya Pengawasan Tiga Kasus Besar Nekat, Diduga Oknum di Desa Margawangi Bagikan Bansos Tak Sesuai Ketentuan Warga Tanjungsari Maja Gelap Gulita, Suplai Listrik PLN Melemah Keluhan Hanya Jadi Angin Lalu Penggiat Lingkungan Desak Presiden Copot Mendagri Tito Karnavian Terkait Kenaikan PBB Pemilihan Ketua RW10 Greenbay Pluit Ricuh, Dua Kandidat RW Layangkan Mosi Tidak Percaya Aktivis Lingkungan Banten Minta Presiden Prabowo Copot Mendagri Tito, Sebut Gagal Awasi Daerah

Megapolitan

Pemilihan Ketua RW10 Greenbay Pluit Ricuh, Dua Kandidat RW Layangkan Mosi Tidak Percaya


Foto (red). Perbesar

Foto (red).

Teropongistana.com Jakarta Utara – Suasana pemilihan Ketua RW10 di Apartemen Greenbay Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, masih memanas. Rapat yang seharusnya menjadi wadah demokrasi warga justru diwarnai ketegangan, adu mulut, hingga munculnya mosi tidak percaya terhadap panitia maupun hasil pemilihan.

Ketegangan mulai terasa sejak awal musyawarah pada Jumat malam 15 Agustus 2025. Rapat baru dimulai sekitar pukul 20.32 WIB, namun warga sudah menyoroti tidak adanya susunan acara yang jelas.

Panitia dianggap terburu-buru dalam membuka jalannya musyawarah tanpa memberikan penjelasan mekanisme pemilihan yang transparan.

Ketegangan semakin meningkat ketika Lurah Pluit, Ahmad Faizal, yang hadir dalam rapat justru menginstruksikan agar beberapa warga keluar dari ruangan. Kebijakan ini memicu kemarahan, sebab warga merasa hak mereka untuk menyampaikan pendapat dan ikut serta dalam musyawarah diabaikan.

“Bagaimana mungkin pemilihan RW dilakukan kalau warga tidak diberi kesempatan bicara? Ini hak demokrasi kami,” ujar seorang warga dengan nada kesal.

Warga lain yang hadir menilai tindakan lurah justru memperkeruh suasana. Adu mulut pun tak terhindarkan antara dua kubu warga yang berbeda pandangan mengenai jalannya musyawarah. Situasi sempat tidak kondusif hingga pihak keamanan harus turun tangan untuk menenangkan ruangan.

Di tengah ketegangan, panitia menyampaikan bahwa seluruh mekanisme pemilihan sudah ditentukan sebelumnya. Namun pernyataan itu justru memantik protes lebih besar dari warga. Banyak yang menilai proses penentuan aturan tanpa melibatkan warga hanyalah bentuk pengondisian untuk memenangkan calon tertentu.

Beberapa menit setelah keributan, panitia akhirnya mengambil alih penuh jalannya pemilihan dengan didampingi lurah. Meski pemilihan tetap berlanjut, sebagian besar warga masih menyuarakan protes karena merasa hak demokrasi mereka dipangkas.

Dalam pemilihan tersebut, terdapat tiga calon yang maju sebagai kandidat Ketua RW10, yakni Elsye Noverita, Salim, dan Zakir Ria. Dari ketiga calon, Elsye dan Salim secara terbuka menyampaikan kekecewaannya terhadap proses pemilihan yang mereka anggap penuh kejanggalan.

“Sejak awal kami sudah melihat ada yang tidak beres. Pemilihan ini jauh dari prinsip demokrasi dan keterbukaan,” ujar Elsye Noverita usai pemungutan suara.

Hal senada juga disampaikan Salim. Ia menilai ada indikasi kuat pengondisian yang membuat hasil pemilihan tidak mencerminkan suara mayoritas warga. “Kami tidak bisa menerima hasil ini. Mosi tidak percaya harus diajukan agar hak warga benar-benar dihormati,” tegasnya.
Protes tidak hanya datang dari para calon. Sejumlah warga apartemen juga angkat bicara mengenai ketidakpuasan mereka. Tom Klo, salah satu penghuni, menyebut pemilihan RW kali ini sama sekali tidak demokratis.

“Kami punya hak suara karena kami tinggal di sini. Tapi suara warga seolah-olah tidak dihitung. Kalau seperti ini, pemilihan RW hanya jadi formalitas penuh kepentingan,” ungkap Tom dengan nada kecewa.

Menurutnya, RW seharusnya menjadi representasi aspirasi warga. Namun dengan adanya kejanggalan sejak awal musyawarah hingga pengambilan keputusan yang sepihak, kepercayaan warga terhadap panitia dan perangkat kelurahan semakin luntur.

Seiring dengan semakin banyaknya protes, sebagian warga dan calon akhirnya menggulirkan mosi tidak percaya. Mereka menilai jalannya pemilihan harus ditinjau ulang agar tidak merugikan hak demokrasi penghuni Greenbay Pluit.

Warga menekankan bahwa RW bukan hanya jabatan simbolis, melainkan perpanjangan tangan warga untuk mengurus kepentingan bersama. Jika proses pemilihan dilakukan tanpa transparansi, dikhawatirkan akan muncul konflik berkepanjangan antarwarga di masa mendatang.

“RW itu pengayom warga, bukan alat kepentingan kelompok tertentu. Kalau pemilihan cacat sejak awal, otomatis ke depan RW yang terpilih tidak akan mendapat legitimasi penuh dari warga,” tambah seorang tokoh warga yang hadir dalam rapat tersebut.

Baca Lainnya

Banjir Tender Warnai Proses Lelang Pokja ULP Kabupaten Bogor, ASN Mr Y Diduga Tentukan Pemenang Tender Mencuat

15 Agustus 2025 - 12:56 WIB

Banjir Tender Warnai Proses Lelang Pokja Ulp Kabupaten Bogor, Asn Mr Y Diduga Tentukan Pemenang Tender Mencuat

Gawat, Massa Tuntut Periksa Oknum Kapolres Sumenep dalam Skandal BSPS Sumenep

13 Agustus 2025 - 10:00 WIB

Gawat, Massa Tuntut Periksa Oknum Kapolres Sumenep Dalam Skandal Bsps Sumenep

Direktur Eksekutif IDN: Belum Genap Setahun Prabowo Mampu Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

7 Agustus 2025 - 19:51 WIB

Direktur Eksekutif Idn: Belum Genap Setahun Prabowo Mampu Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Trending di Megapolitan